Sukses

Resolusi 2018 Zuckerberg untuk Facebook: Bebas Konten Negatif

Zuckerberg mengakui Facebook dalam beberapa tahun terakhir memiliki sejumlah masalah yang harus diselesaikan.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun, CEO Facebook Mark Zuckerberg selalu memiliki resolusi atau tantangan pribadi yang harus dilakukannya. Sebagai contoh, pada 2017, ia menantang dirinya untuk bisa bertemu dan berbincang dengan orang-orang dari 50 negara bagian di Amerika Serikat.

Sementara pada 2016, ia menginginkan sebuah asisten virtual berbasis kecerdasan buatan, mirip Jarvis yang ada film Iron Man. Nah, untuk tahun ini, ia pun memiliki tantangan serupa yang harus diselesaikannya.

Namun untuk resolusi tahun ini, Zuckerberg tak berencana untuk melakukan hal yang bersifat pribadi. Dikutip dari Tech Crunch, Jumat (5/1/2017), kali ini, suami dari Priscillia Chan tersebut memiliki resolusi untuk memperbaiki Facebook, media sosial yang didirikannya.

Sekadar informasi, beberapa tahun terakhir, Facebook memang tengah dilanda sejumlah masalah. Selain keberadaan berita palsu di platform-nya, Facebook juga kerap digunakan untuk merekrut teroris dan aksi perundungan (bullying) online.

"Kini, dunia terasa cemas dan terbagi, dan Facebook memiliki banyak hal yang harus dilakukan, baik melindungi komunitas kami dari ujaran kebencian dan penghinaan, mempertahankannya dari intervensi negara, termasuk memastikan waktu yang dihabiskan di Facebook berjalan baik," tulisnya di akun resmi Facebook.

Ia menuturkan, tantangan pribadinya di 2018 adalah fokus untuk menyelesaikan isu penting di Facebook. Zuckerberg juga mengakui, Facebook telah terlalu banyak melakukan kesalahan dalam menerapkan kebijakan dan mencegah penyalahgunaan piranti yang dimiliknya.

"Jika kami sukses tahun ini, berarti kami dapat mengakhiri 2018 dengan lintasan yang jauh lebih baik," tulisnya. Dalam tulisannya, ia juga menyebut akan bertemu sejumlah ahli untuk membahas persolan yang muncul di layanannya.

Ayah dari dua orang anak ini juga mengakui tengah memperhatikan tren yang berkembang saat ini, seperti enkripsi dan cryptocurrency. Karena itu, ia berencana menggali dan mempelajari seluruh aspek teknologi tersebut, termasuk cara terbaik memanfaatkannya di Facebook.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Fitur Baru Cegah Perundungan

Facebook sendiri sebenarnya tak tinggal diam melihat masalah yang muncul di platform-nya. Salah satu yang dilakukan media sosial itu adalah meluncurkan piranti baru untuk mencegah pelecehan di Facebook dan Messenger.

Global Head of Safety Facebook Antigone Davis fitur baru yang diperkenalkan memiliki kemampuan proaktif mengenali dan membantu mencegah kontak yang tidak diinginkan. Ada pula opsi untuk menolak percakapan Messenger tanpa perlu memblokir pengirim.

"Kami telah melarang bullying dan pelecehan di Facebook dan orang bisa memberitahu kami jika mereka melihat sesuatu yang mengkhawatirkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan," kata Davis.

Kehadiran piranti ini tak lepas dari saran pengguna Facebook serta organisasi perwakilan grup yang kerap kali mengalami pelecehan seperti kaum perempuan dan jurnalis.

Davis menjelaskan, Facebook selalu meninjau laporan dari pengguna dan mengambil tindakan tegas atas pelecehan yang terjadi. Misalnya dengan menghapus konten, menonaktifkan akun, dan membatasi fitur komentar bagi pengguna yang melanggar standar komunitasnya.

3 dari 3 halaman

Kritik untuk Facebook dari Para Mantan Karyawan

Beberapa mantan karyawan juga tak segan mengkritik Facebook dalam beberapa bulan terakhir. Salah satu yang melakukannya adalah pencipta tombol 'Like', mantan software engineer Facebok, Justin Rosenstein.

Menurut Rosenstein, ia telah melepaskan diri dari seluruh notifikasi aplikasi yang ada di perangkatnya, tak terkecuali Facebook. Ia melakukan hal itu agar dirinya tak kecanduan aplikasi-aplikasi tersebut.

Ia percaya, godaan untuk menggunakan media sosial dan aplikasi lain setara dengan kecanduan heroin. Bahkan, hal itu berdampak pada kemampuan seseorang untuk fokus.

Bulan lalu, mantan VP Facebook, Chamath Palihapitiya, jug amenyebut media sosial berdampak negatif. Menurutnya, media sosial telah merusak cara hidup masyarakat.

Ia menuturkan, sejak era media sosial, masyarakat tidak lagi memperhatikan tatanan yang ada, tak ada lagi kerja sama, ternyata penyebaran informasi yang salah, hingga tak ada rasa percaya.

"Ini adalah masalah global. Media sosial telah mengikis fondasi inti cara orang berperilaku antara satu sama lain," tuturnya, seperti dikutip dari The Guardian. Ia juga mengaku telah melarang anaknya memakai media sosial.

(Dam/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.