Sukses

3 Skenario Bila Robot Bunuh Manusia

Para ahli teknologi tidak hanya sibuk mengupayakan robot yang canggih, melainkan berusaha menjawab pertanyaan dari segala kemungkinan negatifnya.

Liputan6.com, Jakarta - Sementara Indonesia sibuk memblokir situs porno di Tumblr, peradaban Barat dan Tiongkok justru sedang berkompetisi membangun kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) untuk kepentingan robotik.

Figur utama di bidang teknologi seperti Mark Zuckerberg dan Elon Musk tidak sekadar memikirkan bagaimana meraih untung, melainkan membangun etika untuk para pengembang robot.

Seperti bagaimana bila robot membunuh orang? Siapa yang harus dibawa ke pengadilan?

John Kingston, ahli AI, sekaligus dosen senior di bidang sistem informasi dan komputasi bisnis dari Universitas Brighton menganalisa skenario pembunuhan oleh robot.

Kingston mendapat pencerahan dari Gabriel Hallevy, ahli hukum dari Ono Academic College, fakultas hukum terbesar di Israel, seperti yang dilansir dari MIT Technology Review, Rabu (14/3/2018). Berikut penjelasannya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Yang Memberikan Instruksi yang Bersalah

Ini skenario yang paling sederhana. Orang yang menginstruksikan serangan ke orang lain menggunakan robot, maka orang itu dapat dijatuhkan sanksi pidana.

Kasus ini serupa apabila ada orang yang memakai hewan peliharaannya untuk menyerang atau menganiaya orang, maka orang tersebut yang terjerat hukum.

Tidak hanya pemilik robot, tetapi orang yang melakukan programming software pada robot tersebut juga dapat dimintai keterangan.

3 dari 4 halaman

2. Bagaimana Bila Robot Tidak Sengaja Membunuh Orang?

Skenario yang kedua ini sudah masuk ke ranah yang membingungkan, yakni saat robot tanpa sengaja membunuh orang.

Skenario ini pernah terjadi di pabrik-pabrik. Contoh, pada 1981 silam, seorang insinyur asal Jepang bernama Kenji Urada tewas setelah tanpa sengaja diserang oleh robot di pabrik otomotif tempatnya bekerja.

Pada 2015, seorang teknisi muda asal Jerman juga meninggal karena dihantam robot di pabrik otomotif tempatnya bekerja.

Terakhir, pada Juli 2015, Time menyebutkan pihak kejaksaan masih belum tahu apakah akan meneruskan kasus di Jerman itu sembari mencari siapa yang harus dituntut.

Kingston sendiri menyarankan agar mempertanyakan programmer dari sang robot untuk mengetahui apakah sang programmer tahu kejadian itu (robot tanpa sengaja membunuh manusia) adalah konsekuensi yang memungkinkan robot rancangannya digunakan.

4 dari 4 halaman

3. Bila Robot Melukai Orang karena Dipengaruhi Virus

Bagaimana bila robot terserang virus lalu melakukan tindak kejahatan?

Kingston membuka pertanyaan apakah robot yang mengalami malfungsi dapat disamakan seperti manusia yang mengalami kegilaan atau robot yang terinfeksi virus dapat disamakan seperti manusia yang dibius atau dipaksa melakukan kejahatan.

Dari berbagai potensi kerumitan yang diakibatkan AI dan robot, maka dapat dimengerti bila Elon Musk seringkali paranoid terhadap perkembangan AI.

Bahasan AI di negara-negara maju tidak lagi semata tentang laser atau kecanggihan lain, melainkan ikut membahas ilmu seperti moral, filosofi, psikologi dan hukum dalam diskursus etika robot.

Semua cabang ilmu itu diikutsertakan agar AI dan robot tidak malah dipakai untuk hal-hal yang merugikan umat manusia.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.