Sukses

Kisah Om Pink, Pelapak yang Melestarikan Budaya Khas Pontianak

Berikut kisah salah satu pelapak asal Pontianak, Kalimantan Barat, yang berupaya untuk membawa produk khas daerahnya ke seluruh pelosok Indonesia lewat Bukalapak.

Liputan6.com, Pontianak - Setiap wirausahawan menyimpan kisah tersendiri soal hal yang memotivasi mereka untuk berhenti menjadi pegawai kantoran. Salah satunya kisah Om Pink--begitu karib disapa--yang menjadi pelapak Bukalapak  untuk memperkenalkan konten-konten budaya lokal dari Pontianak ke seluruh Indonesia.

"Saya ngerasa saya ngerjain sesuatu dari punya orang, saya bangun sesuatu yang punya orang terus, kapan saya punya sendiri?" kata Om Pink kepada Tekno Liputan6.com sambil mengenang keputusannnya menjadi wirausaha.

Sebelumnya Om Pink sempat aktif sebagai pengurus stasiun radio sebelum banting setir menjadi wirausaha dan kemudian menjadi pelapak di Bukalapak. Yang saat ini sedang gencar dipasarkan Om Pink adalah produk tradisional khas daerahnya.

"Saya juga suka local content, mainnya dulu baju-baju tradisional, motif-motif Kalbar (Kalimantan Barat)," kata pria bernama asli Muhammad Syafril ini.

"Karena melihat pangsa besar di Bukalapak dan kesempatannya ada, akhirnya saya bisnis tanjak, topi melayu. Kemudian saya bikin baju kemeja corak insang, coraknya khas Pontianak. Kemudian celana sarung khas Kalbar, coraknya ada yang dayak dan ada yang insang juga," jelasnya.

Berkat jualan online lewat Bukalapak, Om Pink berhasil mempromosikan konten-konten lokal Pontianak ke berbagai kota di Indonesia. Ia pun senang karena konten lokal seperti Tanjak kian populer.

"Ini sudah saatnya kita angkat (konten lokal), untuk dipromosikan," tambah Om Pink.

Produk yang dipasarkan Om Pink cukup terkenal di kalangan pemuka agama. Om Pink sendiri memang aktif di gerakan dakwah.

Ia juga cukup aktif mencari peluang. Misal, ketika ada acara ulang tahun Pontianak, maka produk Om Pink akan dicari-cari oleh pihak pemerintah.

Lapak Om Pink sendiri mengambil pasar menengah ke atas, kisaran Rp 150 ribu sampai Rp300 ribu. Ia masih memiliki toko offline, agar para pelanggan dapat melihat sendiri produk-produk yang ia pasarkan. Ia pun sudah memiliki pegawai sendiri.

"Yang kita jual adalah sesuatu yang unik, budaya itu kan unik. Saya edukasi bahwasanya konten lokal seperti ini bukan hanya milik Melayu, tapi milik Indonesia," ucapnya.

Om Pink berharap, konten lokal seperti Tanjak tak hanya dikenakan untuk acara yang bersifat seremonial, tetapi agar dapat terus populer di kalangan anak muda juga.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keputusan Menjadi Pelapak

Om Pink pernah takut sebelum keluar dari zona nyamannya sebagai pegawai, tetapi ada dua hal yang memotivasinya. Yang pertama adalah sang istri yang sampai sekarang setia menemaninya mengembangkan bisnis.

"Saya awalnya juga takut, khawatir, saat saya lepas jabatan, saya mau makan apa? Saya diskusi dengan istri yang kemudian memberi support," ucapnya.

Keua, Om Pink juga mengaku terinspirasi dari Rasulullah yang juga memiliki karir sebagai pedagang.

Untuk mereka yang masih ragu-ragu berkarir sebagai pedagang, Om Pink pun memberikan saran.

"Kalau mau ngerasain susah dan enggak susahnya, lepasin yang nyaman, karena kita akan berpacu lebih kencang ketimbang saat di zona nyaman," katanya.

"Yang penting bagaimana kita begaul dengan orang banyak karena membuka link rezeki, karenanya saya bergaul di mana aja," ia menambahkan.

3 dari 3 halaman

Didukung Bukalapak

Om Pink mengenal Bukalapak pada 2016, dan sejak itu penjualan produknya semakin pesat.

"Berkat bantuan aplikasi bukalapak, pemasarannya nasional, ada pembeli dari Medan, Palembang, Jakarta, bahkan Irian Jaya," ujarnya yang juga bersiap untuk memperluas jangkauannya ke Kuching, Malaysia.

Selain adanya keamanan saat bertransaksi, Om Pink juga mendapat keuntungan lebih lewat fitur yang ditawarkan Bukalapak seperti push.

Hal di luar aplikasi yang Om Pink dapatkan dari Bukalapak adalah aktifnya komunitas-komunitas offline sesama pelapak, serta diberikannya edukasi tentang penjualan dari Bukalapak.

Berkat kopi darat (kopdar) para pelapak yang turut didukung Bukalapak, Om Pink merasa Bukalapak terus hadir untuk menunjang bisnis-bisnis yang dimiliki para pelapak.

Bukalapak sendiri telah melakukan upaya untuk membantu memudahkan para pelapak, terutama dalam hal pengiriman. Salah satunya adalah dengan mengadakan promosi-promosi agar biaya pengiriman menjadi lebih ringan.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.