Sukses

Facebook Selidiki Kebocoran Data 50 Juta Pengguna

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 50 juta data pengguna Facebook diduga disalahgunakan oleh firma analisis data, Cambridge Analytica untuk kepentingan politik.

Firma tersebut bekerja untuk kampanye pemenangan Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016.

Untuk menyelidiki kasus ini Facebook memakai jasa Stroz Friedberg, sebuah jasa firma forensik digital, untuk melaksanakan audit besar-besaran terhadap Cambridge Analytica.

"Cambridge Analytica setuju untuk mengikuti permintaan kami dan memberikan Stroz Friedberg akses penuh ke server dan sistem mereka," tulis Facebook seperti yang dikutip dari laman resminya, Selasa (20/3/2018).

Investigasi ini adalah bagian dari tinjauan internal dan eksternal untuk menemukan apakah data-data yang disalahgunakan masih ada. Apabila masih ada, maka hal itu dianggap sebagai pelanggaran besar pada kebijakan Facebook.

Di sisi lain, Facebook juga menyelidiki pembuat kuis-kuis yang terpampang di platform-nya. Aleksandr Kogan, seorang akademisi asal Universitas Cambridge dan salah satu pembesut kuis itu telah memberikan persetujuan untuk diaudit. (Sebagai catatan, Cambridge Analytica tidak terkait dengan Universitas Cambridge.)

Kogan diduga "mengambil" data-data pengguna, dan ia kebetulan berprofesi sebagai ilmuwan data di Cambridge Analytica.

Anehnya, co-founder Cambridge Analytica Christoper Wylie menolak diaudit. Padahal Wylie adalah orang pertama yang meramaikan kasus ini sebagai whistleblower (pembocor rahasia internal).

Meski Facebook sudah berkomitmen untuk menelusuri kasus ini ke akar-akarnya, tapi pihak pemerintah Britania Raya dan Uni Eropa siap untuk melakukan investigasi terhadap kasus ini.

Aksi Cambridge Analytica dianggap kontroversial karena data-data yang mereka ambil dipakai untuk kepentingan politik, mulai dari kampanye referendum Uni Eropa di Britania Raya hingga kampanye Donald Trump.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Zuckerberg Belum Berkomentar

Menghadapi kasus ini pejabat pemerintah di Amerika Serikat dan Eropa menuntut penjelasan dari Facebook. 

Uni Eropa ingin menginvestigasi Facebook karena melanggar privasi warga mereka. CEO dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, hingga saat ini belum memberikan respons.

Sebelumnya, Facebook juga sudah dibuat pusing karena dituding digunakan agen Rusia untuk memengaruhi pengguna Facebook dengan berita palsu.

Facebook menolak tudingan tersebut, tetapi mereka berkomitmen ingin bekerja sama dengan komisi pemilihan di berbagai negara untuk memastikan adanya pemilihan yang jujur tanpa intervensi dari pihak berniat jahat di media sosial.

3 dari 3 halaman

Waspada Main Kuis Abal-abal di Facebook

Kasus Cambridge Analytica harusnya memberi peringatan terhadap kuis yang tidak jelas di Facebook.

Kuis tersebut seringkali dapat memberikan hasil-hasil menarik bagi para pengguna, padahal pengguna tidak mengikuti kuis apapun, melainkan hanya login.

Apabila kamu mengetahui teman-teman di Facebook masih suka mengikuti kuis seperti itu, ada baiknya mengingatkan mereka untuk waspada.

Sebab, kuis kepribadian resmi biasanya memberikan daftar pertanyaan yang komprehensif, berbeda dengan kuis tidak jelas di Facebook yang meminta login pengguna.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.