Sukses

Hari Tanpa Bayangan, Sinyal Bisa Lenyap Beberapa Menit?

Liputan6.com, Jakarta - Hari Tanpa Bayangan yang jatuh pada hari ini, Rabu (21/3/2018), dikabarkan memberikan dampak pada sinyal yang hilang dalam beberapa menit. Lantas, apakah kabar ini benar?

Plt Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Noor Iza, membenarkan hal tersebut. Cuma, kata dia, sinyal yang dimaksud adalah sinyal dari teknologi satelit, seperti telepon satelit dan TV kabel yang berbasis parabola.

Perangkat ini pasti akan mengalami sun outage selama Hari Tanpa Bayangan, akibatnya mereka kesulitan menerima sinyal karena satelit pemancar lokasinya dekat dengan Matahari.

"Saat terjadi sun outage, sinyal perangkat itu memang akan hilang, paling 5-10 menit," kata Noor Iza kepada Tekno Liputan6.com.

Noor Iza menambahkan, hal tersebut memang sudah menjadi parameter teknis yang dipertimbangkan dalam pemakaian satelit.

Jadi, selama Hari Tanpa Bayangan, Matahari berada tepat di atas Bumi, dan pada saat itu satelit yang ada di tengah-tengah mengakibatkan gangguan komunikasi. Namun demikian, sun outage berbeda bagi setiap satelit yang posisinya tergantung ada di mana.

"Bagi BTS (Base Transceiver Station) yang memanfaatkan VSAT, pasti ada jeda karena sun outage," paparnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jangan Salah Kaprah tentang Hari Tanpa Bayangan

Secara istilah, Hari Tanpa Bayangan memang terdengar keren, tapi itu tidak berarti semua bayangan akan hilang seharian.

Rhorom Priyatikanto, peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN, menjelaskan bahwasannya hari tanpa bayangan bukan berarti bayangan akan seluruhnya lenyap, melainkan hanya benda yang tegap lurus saja, tetapi bila kita mengayunkan tangan, maka bayangan tetap terlihat.

Fenomena tersebut juga berlangsung cukup singkat, yakni beberapa menit saja, dan dimulai pada tengah hari pada azan zuhur. Jadi, orang yang ingin memotret harus sigap.

3 dari 3 halaman

Matahari Lebih Terik

Menurut keterangan LAPAN, pada 21 Maret Matahari juga bakal berada tepat di atas garis ekuator (khatulistiwa). Dampaknya akan memberikan suhu yang lebih panas di siang hari.

"Nanti Matahari pasti akan melintas di atas kepala. Dampaknya akan memberikan Solstice (titik balik Matahari). Matahari pasti akan lebih terik pada periode tersebut," kata Rhorom.

Solstice adalah titik balik Matahari ketika Matahari berada di titik paling utara atau paling selatan. Solstice, dengan demikian, juga bisa dibilang sebagai penanda puncak musim dingin atau panas.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.