Sukses

TweetDeck & Twitter Berpisah, Bos Twitter Lepas Jabatan Direktur

CEO Twitter Dick Costolo melepaskan jabatan direktur Twitter wilayah Inggris beberapa hari setelah TweetDeck melepaskan diri dari Twitter.

Anda yang memiliki lebih dari satu akun jejaring sosial mungkin sering memanfaatkan aplikasi TweetDeck. Pada 7 Mei 2013 kemarin, situs microblogging yang diakuisisi Twitter pada bulan Mei 2011 dengan tebusan sebesar US$ 40 juta itu resmi dihentikan dukungannya.

Sebelumnya, TweetDeck dapat terintegrasi dengan empat jaringan sosial berbeda yang bisa dinikmati dalam satu aplikasi desktop. Aplikasi tersebut di antaranya Twitter, Facebook, MySpace, dan Linkeldn Client. Seperti halnya aplikasi Twitter, TweetDeck memungkinkan pengguna untuk mengirim dan menerima pesan dari pengguna Twitter dan jejaring sosial lainnya.

Twitter saat ini telah resmi 'mempensiunkan' aplikasi TweetDeck versi iOS, Android, dan desktop, termasuk koneksinya dengan Facebook. Kabar terbaru menyebutkan TweetDeck telah kembali menjadi perusahaan terpisah dan berdiri sendiri.

Sebagaimana diwartakan Sky News, CEO Twitter Dick Costolo melepaskan jabatan direktur Twitter wilayah Inggris beberapa hari setelah TweetDeck melepaskan diri dari Twitter. Kini TweetDeck tercatat di daftar perusahaan Companies House -- badan eksekutif pemerintah Inggris yang mengurusi peraturan dan reformasi bisnis -- sebagai perusahaan mandiri di Inggris.

Akhir tahun lalu, pihak TweetDeck sempat beberapa kali gagal mendaftarkan nama perusahaannya di Companies House. Kegagalan ini lebih disebabkan oleh status TweetDeck yang merupakan anak perusahaan dari Twitter. Akhirnya kedua perusahaan ini bersepakat untuk berpisah dan TweetDeck dapat terdaftar sebagai perusahaan mandiri di Companies House.

Costolo sendiri telah resmi mengundurkan diri dari jabatan direktur Twitter wilayah Inggris terhitung pertanggal 9 Mei kemarin. Posisinya telah digantikan Laurence O'Brien, seorang akuntan asal Dublin, Irlandia Utara.

Menurut rumor terakhir, TweetDeck sebenarnya masih di bawah pengawasan Twitter melalui anak perusahaan mereka bernama Twitter International Company Ltd. yang berbasis di Dublin. Sebagian pengamat menilai langkah yang diambil Twitter ini bertujuan agar mereka tidak terbebani oleh kewajiban pajak yang sangat tinggi ditetapkan oleh pemerintah Inggris. 
 
Pendapat lain yang beredar, Twitter diprediksi ingin "memaksa" mengarahkan para penggunanya untuk menggunakan aplikasi native Twitter untuk iPhone dan Android, dibandingkan aplikasi pihak ketiga, seperti TweetDeck. Demikian yang dilansir laman Techcrunch, Senin (13/5/2013).

Hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi dari pihak Twitter terkait lepasnya TweetDeck dari perusahaan mereka. (dhi/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini