Sukses

Pesona BlackBerry Pudar, iPhone dan Jaringan Buruk Jadi Penyebab

Munculnya iPhone menjadi salah satu peristiwa yang mempengaruhi pudarnya BlackBerry. Gangguan jaringan memperburuk keadaan.

Research in Motion memang menjadi perusahaan raksasa berkat smartphone BlackBerry yang dirilisnya. Tapi bukan berarti RIM dan BlackBerry tak mengalami hambatan. Setelah membahas mengenai awal berdiri dan puncak popularitas, di edisi kali ini akan dibahas mengenai sejumlah hambatan dan tantangan yang menjadi ancaman bagi RIM, bahkan menjadi penyebab turunnya penjualan BlackBerry.

Perang Paten

Masalah besar pertama yang dihadapi RIM merupakan masalah yang umumnya dihadapi perusahaan teknologi: gugatan paten.

Dilansir dari laman Cnet, perang paten terbesar yang dihadapi RIM adalah melawan perusahaan pemegang paten asal Amerika Serikat, NTP Inc. Gugatan diajukan terhadap sistem wireless email milik RIM pada tahun 2000. Adapun RIM mengaku memiliki sistem itu dengan nama System for Automated Messages. RIM berusaha membuktikan kalau SAM dibuat sebelum NTP mendapatkan paten untuk sistem wireless email sepanjang proses pengadilan berlangsung. Tapi RIM gagal.

Akibatnya RIM diminta membayar kerugian sebesar US$ 33 juta, yang kemudian bertambah menjadi US$ 53 juta dengan alasan RIM melakukan pelanggaran paten dengan sengaja. Proses ini pun berkepanjangan dengan banding yang terus dilakukan RIM.

Pada tahun 2005 RIM malah kembali kalah. Dengan semakin besarnya sistem dan pengguna BlackBerry, nilai penyelasaian pun berlipat, kali ini mencapai US$ 450 juta. Gugatan ini juga mengancam ditutupnya layanan BlackBerry.

Untuk mencegah ini, RIM pun harus ikhlas membayar penyelesaian sengketa paten sebesar US$ 612,5 juta di 2006. Hal ini dilakukan untuk mencegah ditutupnya layanan BlackBerry. Apalagi pengguna BlackBerry ketika itu mencapai 5 juta subskripsi aktif.

Ancaman iPhone

Selama beberapa tahun BlackBerry memang dianggap nyaris tanpa pesaing. Tapi kehadiran iPhone yang diperkenalkan Apple pada 2007 menjadi salah satu peristiwa yang harus ditandai akan menjadi faktor memudarnya pesona BlackBerry di tahun berikutnya.



Ketika itu CEO Apple Steve Jobs memang menghadirkan kejutan dengan memperkenalkan iPhone sebagai smartphone yang menyajikan teknologi layar sentuh berukuran 3,5 inci di bagian muka. Ini tentu sangat berbeda dengan BlackBerry yang mengandalkan keypad qwerty. Malahan, keypad di iPhone hadir dalam bentuk virtual.

Co-CEO RIM Jim Balsillie pun mengaku terkejut saat itu. "Untuk mengetik di layar sentuh Apple iPhone adalah sebuah tantangan. Anda tak bisa melihat (dan merasakan) apa yang Anda ketik," ucap Balsille, dilansir dari laman Guardian.

iPhone memang menghadirkan tren teknologi baru. Tapi BlackBerry tetap yakin perangkat dengan keypad fisik yang diproduksinya tak akan kehilangan penggemar. Dengan citra sebagai perangkat untuk pebisnis, RIM juga yakin pangsa pasar BlackBerry sulit untuk digerus iPhone.

Tapi ketika itu RIM sepertinya hanya memahami perbedaan BlackBerry dengan iPhone sebatas fisik, pada keyboard qwerty atau virtual. Padahal ada yang lebih penting dari kehadiran iPhone pertama: sistem operasi atau platform yang digunakan. Mengutip laman Pixelstech, ketika itu Steve Jobs dengan yakin mengatakan: "Ponsel bukan hanya alat komunikasi, tapi juga 'way of life' (cara hidup)".

Apple lalu memperkaya kemampuan iOS sebagai platform yang digunakan. Ekosistem pun terus dikembangkan. Sebaliknya, RIM merasa berpuas diri dengan BlackBerry OS. Saat iPhone pertama muncul, RIM masih menggunakan BlackBerry OS 4.0 yang dirilis sejak 2002. BlackBerry OS 5.0 sebagai generasi berikutnya diperkenalkan baru 2008, setahun sejak kemunculan iPhone.

Tentu BlackBerry kehilangan momentum. Apalagi setelah itu sistem operasi Android menampakkan diri saat dibeli Google pada 2005. Google kemudian menggandeng HTC dan memperkenalkan HTC Dream, smartphone pertama yang menggunakan sistem operasi Android untuk kepentingan komersil.

Apple terus merilis produk iPhone baru tiap tahun. Google pun semakin aktif menggaet beragam vendor untuk merilis smartphone Android. Di sisi lain, BlackBerry seperti tak ada perubahan. Tak heran jika pangsa pasarnya semakin lama terus digerus oleh iPhone dan Android.

Masalah Jaringan

Masalah tak hanya dihadapi RIM dari luar. Kendala jaringan menjadi salah satu penyebab internal yang ikut mempengaruhi turunnya popularitas BlackBerry. Adapun masalah jaringan terbesar yang dihadapi BlackBerry terjadi pada Oktober 2011.

Menurut Reuters, gangguan jaringan ini pertama kali terungkap dari banyaknya keluhan pengguna BlackBerry di Twitter. Pengguna mengeluh tak bisa mengirim email, mengakses internet, dan menggunakan layanan BlackBerry Messenger.

Lokasi yang terkena jaringan pun luas dan menyebar: Inggris, Dubai, hingga India. RIM kemudian mengkonfirmasi dan mengaku terdapat gangguan jaringan di wilayah Eropa, Timur Tengah, Afrika, India, dan Amerika Utara.  

RIM mengaku gangguan disebabkan gagalnya transisi sistem pendukung dan back up. "Transisi ke peralihan back up tak berfungsi seperti ketika dilakukan uji coba, dan menyebabkan baclog (kegagalan) data dalam jumlah besar," demikian pernyataan RIM.

Guardian menyebut gangguan jaringan ini sebagai "pemadaman jaringan terbesar dalam sejarah BlackBerry". Lebih dari 10 juta pengguna BlackBerry terkena dampaknya.

Gangguan jaringan pun terus dialami BlackBerry saat ini. Terakhir menimpa pengguna BlackBerry di Indonesia yang tak bisa mengakses BlackBerry Messenger pada awal Juli 2013. Tentu gangguan jaringan mesti dianggap sebagai salah satu penyebab menurunnya popularitas dan penjualan BlackBerry. (gal)

Baca juga:

Bagian I: Cikal-bakal BlackBerry, Memulai dari Pager dan Perangkat Wireless

Bagian II: RIM Meroket, Invasi BlackBerry Dimulai




* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini