Sukses

iPhone, Revolusi Perangkat yang Dikerjakan Super-rahasia

iPhone seringkali dianggap memulai revolusi perangkat mobile. Seperti sebuah revolusi, proses kelahirannya pun dikerjakan super-rahasia.

Apple baru saja memperkenalkan iPhone terbarunya dalam acara khusus yang diadakan di kantor pusatnya di Cupertino, California, pekan lalu. Tak tanggung-tanggung, perusahaan berlogo apel tergigit itu memperkenalkan dua iPhone sekaligus: iPhone 5S yang merupakan produk ketujuh smartphone besutan Apple untuk segmen premium, serta iPhone 5C yang hadir dengan bahan polycarbonate penuh warna untuk mengincar segmen menengah.

Dengan peluncuran ini, Apple berarti melanjutkan tradisi untuk merilis iPhone terbaru tiap tahun. Sejak diperkenalkan pertama kali pada 2007 silam, tak satu tahun pun iPhone baru absen untuk diperkenalkan. Bagi Apple, iPhone memang produk penting yang harus dijaga popularitasnya.

Pentingnya iPhone ini terlihat sejak pertama kali diperkenalkan oleh pendiri Apple Steve Jobs, yang dianggap memulai revolusi di industri perangkat. Dengan software canggih yang dibenamkan, tentu iPhone memiliki nilai yang lebih dari sekedar alat komunikasi lisan. Kelak, munculnya iPhone akan menjadi pemicu perpaduan fitur lain pada ponsel seperti kamera digital, pemutar musik, konsol game genggam, hingga perangkat kesehatan.

Tapi seperti apa kisah perjalanan iPhone? Berikut paparannya yang akan kami sajikan dalam artikel berseri pekan ini.

Proyek Super-Rahasia

Apple memang memperkenalkan iPhone pada 2007. Tapi, mengutip laman ReadWrite, proyek pengembangan ini sudah dilakukan sejak 2004. Ketika itu Apple mengumpulkan 1000 pegawai pilihan untuk bekerja di "Proyek Ungu". Salah satu yang direkrut adalah desainer favorit Steve Jobs, Jonathan Ive.

Proyek ini dikerjakan secara super-rahasia. Menurut Scott Forstall yang pernah menjadi petingggi Apple, Jobs tak ingin ada orang luar yang direkrut untuk proyek ini. Tapi pegawai Apple yang tak terlibat proyek itu pun merasakan perlindungan luar biasa terhadap rahasia yang disimpan. Wajar jika pintu masuk dijaga dengan ketat dan dilengkapi kamera pengawas.

Sebuah tulisan juga tertulis di pintu menuju ruangan tempat Proyek Ungu digarap: "Fight Club". Tentu ini tak sekedar tulisan, sebab ada istilah terkenal yang diambil dari film yang dibintangi Brad Pitt dan Edward Norton tersebut: "Aturan pertama, tak ada yang berbicara mengenai Fight Club!"

Proyek ini semakin digarap serius pada 2005. Menurut buku biografi Steve Jobs yang ditulis Walter Isaacson, di tahun itulah Steve Jobs galau meski iPod sedang mencapai puncak penjualan. Jobs percaya kalau segala yang naik akan turun. Turunnya penjualan kamera digital akibat disematkannya kamera di ponsel pun jadi alasan. Steve Jobs takut iPod akan bernasib sama seperti kamera digital saat semua ponsel mempercanggih fitur pemutar musik.

Jobs pun mencoba untuk bermitra dengan perusahaan lain. Ini merupakan hal yang pernah diakuinya di hadapan Bill Gates: "tak ada di DNA-nya". Meski begitu, Jobs berusaha 'melawan DNA-nya' dan tetap mendekati Motorola yang sedang sukses berkat produk RAZR. Operator Cingular juga ikut digandeng.

Sayangnya, kerjasama itu tak membuahkan hasil. Jobs murka. "Saya muak berurusan dengan perusahaan bodoh seperti Motorola," ucapnya kepada Tony Fadel dan tim produk iPod dalam sebuah rapat. Pilihan pun dibuat, Apple akan menggarapnya seorang diri. Cingular tetap mau bekerja sama dan membebaskan Apple untuk menggarap hardware dan software-nya sendiri.

Sejumlah prototipe lalu dibuat. Beberapa di antaranya dengan desain kotak seperti produk Lumia besutan Nokia, atau dengan bagian belakang yang membulat seperti perangkat Android yang saat ini dikenal. Lihat sebagian fotonya di bawah ini, yang diambil dari laman Cult of Mac.







Tim desain yang dipimpin pun terus bekerja. Kali ini idenya sederhana. Dalam buku yang ditulis Isaacson, Jobs hanya membuat deskripsi: "Kita akan duduk dan membahas betapa kita benci ponsel kita saat ini," ujarnya. "Ponsel itu sangat kompleks. Punya fitur yang yang sulit digunakan, termasuk buku alamat".

Tiba-tiba semua mengeluarkan ide mengenai ponsel seperti apa yang ingin dimiliki. iPod pun kemudian digunakan sebagai dasar, misalnya saja penggunaan trackwheel sebagai navigasi. Hingga kemudian, lahirlah sebuah konsep iPhone yang siap untuk diperkenalkan.

Revolusioner

Dilansir dari laman Macworld, Jobs sangat optimis peluncuran iPhone akan sukses. Dalam acara Macworld Conference and Expo di Moscone Center, San Francisco, California, pada 9 Januari 2007, Jobs yang ketika itu menjabat CEO Apple percaya iPhone akan menjadi produk bernilai historis. Nilainya seperti Macintosh yang mengubah industri komputer pada 1984 atau iPod yang mengubah industri musik pada 2001.

"Hari ini kami akan memperkenalkan tiga produk revolusioner di kelasnya masing-masing," kata Jobs, dalam presentasi khas yang membuat orang bisa menahan nafas. "Pertama adalah iPod berlayar besar dengan kendali sentuhan. Kedua adalah ponsel revolusioner. Ketiga adalah perangkat yang menghadirkan terobosan di komunikasi internet," ujarnya.  

"Ini bukan tiga perangkat yang terpisah. Ini adalah satu perangkat. Dan kami menyebutnya iPhone. Hari ini Apple menciptakan ulang telepon".

Dalam kesempatan ini Jobs juga menyindir empat ponsel pesaing: Moto Q, BlackBerry, Palm Treo, dan Nokia E62. Keempatnya dianggap menyusahkan karena antarmuka tak bisa diubah, yang malah disesaki dengan tombol. Ketika itulah iPhone dipamerkan, dengan teknologi multitouch dan dikendalikan jari tangan. "Siapa yang butuh stylus?" tutur Jobs. "Kita sudah lahir dengan 10 jari, jari-jari yang kita miliki".

Tentu tak hanya layar sentuh yang menjadi andalan. software OS X yang disematkan pun menjadi unggulan, sebab menurut Steve Jobs, sistem operasi canggih bisa memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan. "Ini bisa multitasking, networking, manajemen daya, keamanan luar biasa, dan aplikasi yang tepat. Ini memiliki semua hal yang kita inginkan," kata Jobs.



iPhone juga bisa disinkronisasi dengan iTunes, media, informasi kontak, kalender, foto, notes, bookmark, akun email. Ponsel pintar itu juga bisa digunakan untuk memutar video, termasuk menonton film panjang seperti Pirate of Carribean. Ketika fitur-fitur itu diperagakan, audiens yang memadati Moscone Center berdesak kagum.

Tapi apa aplikasi andalan atau killer app yang dimiliki iPhone? "Killer app-nya adalah bisa menelpon," ujar Jobs. Tentu lebih dari sekedar menelpon, karena iPhone bisa digunakan untuk sinkronisasi kontak yang ada di PC dengan smartphone. Email pun bisa terintegrasi mudah dalam daftar kontak. Malahan Jobs memeragakan iPhone yang bisa digunakan untuk conference, berbincang dengan dua rekannya yang merupakan petinggi Apple, Jony Ive dan Phil Schiller.

Tentu saja iPhone juga disertai kelemahan. Dalan situsnya, analis teknologi Robert Scoble menilai iPhone memiliki kelemahan di hardware. Scoble ketika itu membandingkan dengan Nokia N95 yang disertai dengan GPS dan jaringan 3G. Ketika itu iPhone memang belum mendukung 3G dan hanya mencapai jaringan EDGE atau 2,75G.

Tetap saja iPhone disambut baik di pasaran. Ratusan orang terlihat antre saat iPhone pertama kali dijual di toko retail. Catatan penjualan iPhone generasi pertama ini juga cukup sukses, dengan 6,1 juta perangkat yang terjual dalam lima kuartal pertama hingga Januari 2009.

Majalah Time bahkan menobatkan iPhone sebagai "Invention of the Year" pada 2007. Ada sejumlah alasan yang diungkap Time. Alasan itu antara lain desain cantik yang digunakan dan inovasi layar sentuh pada layar 3,5 inci. iPhone juga dianggap pelopor hadirnya ponsel hebat lain, sebab dibebaskan operator memiliki spesifikasi sendiri. Karena iPhone, vendor lain juga menginginkan kebebasan serupa, ini pula yang menjadikan persaingan dan kompetisi di spesifikasi akan semakin berkembang pesat dan bersaing ketat.

Tapi tentu saja alasan menarik yang dikemukan Time adalah: iPhone adalah sebuah platform, bukan hanya ponsel. iPhone dianggap menjadi perangkat komputasi mobile yang layak menyandang istilah itu, karena fungsi komputasi yang dimiliki. Aplikasi seperti Google Maps pun menjadi contoh fitur yang dibutuhkan pengguna di ponsel pintar.

iPhone memang menjadi pelopor. Karena beberapa waktu kemudian muncul Android, yang dianggap Steve Jobs mencontek desain Apple. Seperti apa perkembangan iPhone? Ikuti terus episode berikutnya. (gal)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini