Sukses

Berawal Dari Lubang Jarum dan Ruang Gelap

Banyak lika-liku dan perjalanan panjang hingga akhirnya fotografi menjadi salah satu bidang yang teramat populer.

Fotografi tak hanya sekadar proses melukis dengan menggunakan media cahaya lewat kamera. Banyak lika-liku dan perjalanan panjang hingga akhirnya fotografi menjadi salah satu bidang yang teramat populer dan mudah dipraktekkan banyak orang.

Anda pasti bisa membayangkan bagaimana sulitnya menciptakan sebuah alat yang mampu menangkap cahaya untuk menghasilkan gambar/ foto. Perkembangan kamera pun tak hanya digunakan untuk menangkap gambar tetapi meliputi berbagai bidang, seperti bidang sinematografi, pendidikan, kedokteran, dan bahkan sampai bidang sistem pertahanan dan keamanan.

Pada artikel serial kali ini kami akan membahas jejak perjalanan dunia fotografi dari masa ke masa, dari mulai penemuan kamera yang paling sederhana hingga ke era fotografi saat ini. Sebagai permulaan, kami akan memaparkan perjalanan kamera lubang jarum dan kamar gelap, yang menjadi awal terciptanya sebuah kamera.

Ditemukan Oleh Ilmuwan Muslim



Keinginan manusia untuk mengabadikan apa yang dilihat oleh mata dimulai sejak 336 Sebelum Masehi (SM). Saat itu tokoh filsuf kenamaan Aristoteles memperkenalkan teknologi lubang jarum (pinhole). Ia mengklaim bahwa cahaya yang melewati lubang kecil akan membentuk kesan atau gambar. Dari situlah metode itu dijadikan prinsip dasar teori yang terus digunakan dalam pengembangan teknologi fotografi.

Sesuai dengan prinsip kerjanya, pada abad ke-11, ditemukan kamera yang disebut kamera Obscura. Obscura berasal dari bahasa Latin yang berarti 'ruang gelap', pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan muslim bernama Alhazen antara tahun 965-1039 Masehi. Kamera ini berbentuk ruangan khusus dengan dua lensa konveks yang di dalamnya dipantulkan cahaya. Sejak saat itu para ilmuwan Arab sibuk dengan penggunaan kamera tersebut.

Tahun 1267, Obscura disempurnakan oleh ilmuwan Inggris Roger Bacon. Ia melakukan penambahan beberapa cermin untuk memantulkan cahaya yang masuk melalui lubang. Hasil pantulan itu menciptakan proyeksi gambar kondisi di luar, yang kemudian disebut sebagai ilusi optikal.

Sempurnakan Teknologi Lensa



Berpuluh-puluh tahun kemudian para ilmuwan sadar kalau lensa memiliki peran penting pada sebuah kamera. Tanpa lensa, kamera tidak akan bisa mengambil gambar. Tugas lensa adalah mengambil cahaya dari subyek agar masuk ke dalam fokus sehingga bisa menghasilkan gambar yang bagus.

Barulah antara tahun 1501-1576, seorang matematikawan asal Italia Gerolomo Cardano memperkenalkan teknologi 'orbem e vitro', yang kemudian disebut sebagai nenek moyangnya lensa kamera. Teknologi ini menggunakan dua cermin cembung yang berfungsi sebagai lensa, sehingga cahaya yang masuk mengalami dua kali pemantulan.

Obscura Yang Lebih Ringkas



Kembali ke Obscura, tahun 1660-an ilmuwan Inggris Robert Boyle dan asistennya Robert Hooke merancang sebuah kamera Obscura yang lebih ringkas (portable). Pada 1685, penemuan mereka disempurnakan lagi oleh seorang penemu asal Perancis Johann Zahn. Hasilnya, Obscura menjadi cukup praktis dan kecil untuk digunakan sehari-hari.

Kamera ini memakai lampu kliat yang meledak dan mengeluarkan asap. Dengan penemuan baru tersebut kamera mulai dikenal oleh masyarakat luas. Barulah pada akhir abad ke 16, seorang ilmuwan dan penulis Itali Giovanni Battista della Porta mengembangkan Obscura. Ia mencoba bereksperimen dengan menggunakan sebuah lensa sederhana untuk mempertajam proyeksi bayangan yang masuk melalui lubang.

Meskipun hasilnya masih jauh dari sempurna, namun langkah itu menandai mulai digunakannya sebuah lensa dalam pengembangan Obscura. Berikutnya, pada abad ke-17, banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa tidak semua lensa bisa digunakan di Obscura. Maka dari itu dibuatlah lensa konveks yang lebih baik untuk menghasilkan gambar lebih jelas dan tajam. Waktu itu Obscura sudah berbentuk kotak yang mudah untuk dibawa dan dipindahkan.


Nantikan tulisan berikutnya besok, hanya di Tekno Liputan6.com.


(isk/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini