Sukses

Alasan Samuel Franklyn Pilih Profesi Jadi Programmer

Berawal dari pertimbangan materi, programmer Samuel Franklyn akhirnya jatuh cinta dengan dunia pemrograman.

Liputan6.com, Jakarta - Semangat Samuel Franklyn dalam menjalani hidup memang patut diacungi jempol. Ditengah kelumpuhannya, programmer berusia 46 tahun ini tak pernah lelah bekerja dan terus melahirkan berbagai karya di bidang Teknologi Informasi (TI) yang telah digeluti dengan serius sejak 1992. 

Kecintaannya pada dunia TI tumbuh sejak kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun kala itu, ketertarikannya menjadi seorang programmer disebabkan iming-iming kekayaan. Menurut pria yang kerap disapa Sam ini, saat itu dia berpkir bahwa dengan menjadi seorang programmer maka bisa menjadikannya kaya raya seperti Bill Gates (co-founder Microsoft) dan Larry Ellison (co-founder Oracle).

Namun akhirnya Sam menyadari kekeliruannya. Kesuksesan Gates dan Ellison, katanya, bukan hanya karena menjadi seorang programmer. Tapi juga dibutuhkan keahlian lain, termasuk pandai berbisnis.

"Awalnya ingin menjadi programmer karena ingin kaya seperti Bill Gates dan Larry Ellison, padahal pemikiran seperti itu salah. Mereka itu kaya bukan hanya karena seorang programmer hebat, karena banyak programmer yang lebih hebat dari mereka tapi tidak sekaya mereka," tuturnya sembari tertawa saat ditemui tim Liputan6.com di kediamannya di daerah Jakarta Barat, Kamis (6/11/2014).

Sam pun berkisah mengenai kesuksesan Gates dan pendiri Microsoft lainnya, Paul Allen, dalam mendirikan Microsoft. Mulai dari sejarah DOS dan bisnis Windows yang menggurita. Selain itu, kata Sam, latar belakang Gates dengan orangtua yang ahli hukum memberikannya keunggulan dalam berbisnis, terutama yang menyangkut soal hukum.

Kendati demikian, Sam rupanya sudah terlanjur jatuh cinta kepada dunia TI khususnya pemrograman. Dalam perjalanan mempelajari soal pemrograman, dia menemukan sisi lain yang membuatnya memutuskan menjadikan programmer sebagai sebuah profesi.

"Saya akhirnya tahu keasikannya jadi programmer yaitu memecahkan masalah. Kalau kata dosen saya, programmer itu seperti makan gajah, saking besarnya masalah yang harus dipecahkan. Sehingga nanti kalau program telah selesai dibuat, rasanya akan lega sekali," kata pria berkacamata ini.

Kecintaan Sam terhadap dunia pemrograman tidak pernah luntur dan tidak mengurangi semangatnya, meski tulang-tulang yang melekat dalam tubuhnya tak mampu lagi menopang untuk berdiri. Sehingga dia bekerja sambil berbaring, yang di atasnya terdapat sebuah penopang laptop untuk digunakannya bekerja sehari-hari.

Awal mula lumpuh

Kelumpuhan Sam bermula dari insiden yang terjadi ketika sedang mununggu taksi. Sam yang saat itu bekerja sebagai pegawai tetap di sebuah perusahaan teknologi bernama Galileo Indonesia, tiba-tiba merasakan lututnya kehilangan kekuatan, sehingga jatuh. Tapi saat itu, dia bisa bangkit lagi.

Insiden itu ternyata memiliki dampak besar, karena beberapa waktu setelahnya diketahui bahwa tulang belakangnya retak. Hingga akhirnya dia tak mampu lagi berdiri. "Kini yang merawat saya adalah Mona. Dia dulu bekerja untuk orangtua saya," ungkap Sam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini