Sukses

Selain Jam Digital, Ahmed juga Rakit Speaker Bluetooth

Speaker bluetooth ciptaannya tersebut akhirnya diberikan kepada temannya sebagai hadiah

Liputan6.com, Texas - Ahmed Mohamed adalah seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang menggemari teknologi dan suka merakit perangkat canggih.

Sayangnya, salah satu temuan ilmiahnnya berupa jam elektronik diduga sebagai bom rakitan oleh otoritas setempat. Kisah Ahmed pun menjadi viral dan menjadi topik paling hangat yang diperbincangkan publik pada saat ini.

Seluk beluk anak laki-laki yang juga merupakan anggota klub robotik sekolahnya pun diungkap. Rupanya, selain menciptakan jam canggih, Ahmed dikabarkan juga sempat menciptakan perangkat speaker yang memanfaatkan teknologi Bluetooth.

Dilansir Dallas Morning News, Jumat (18/9/2015), ia menjelaskan bahwa speaker Bluetooth yang ia rancang akhirnya diberikan kepada temannya sebagai hadiah. Bahkan, Ahmed sempat mematenkan penemuan speaker Bluetooth-nya tersebut karena ia memanfaatkan teknologi magnet neodymium.

Nama Ahmed langsung meroket di berbagai linimasa jejaring sosial pekan ini. Yang menjadi sorotan tak hanya temuan canggihnya, namun juga karena di sekolah ia menimba ilmu, menduga jam Ahmed merupakan perangkat bom.

Pada Senin lalu, 14 September 2015, Ahmed membawa jamnya tersebut ke sekolahnya, MacArthur High School di Irving, Texas, Amerika Serikat. Ia ingin memperlihatkan kepada gurunya seperti apa perangkat canggih yang sedang ia kembangkan.

Namun, sebelum bertemu guru tekniknya, Ahmed mengikuti kelas Bahasa Inggris. Jam Ahmed berbunyi terus pada saat guru Bahasa Inggrisnya mengajar. Sang guru menduga jam Ahmed terlihat seperti bom, ia pun menggiring Ahmed ke ruang kepala sekolah.

Beberapa saat kemudian, Ahmed dibawa ke kantor polisi dengan tangan yang diborgol. Pada saat itu, foto Ahmed sedang berada di kantor polisi tersebar di jejaring sosial. Ahmed pun langsung mendapatkan dukungan lewat hashtag #IStandWithAhmed dan #FreeAhmedMohamed.

Pihak sekolah langsung meminta maaf kepada Ahmed atas tindakannya tersebut. Mereka mengakui kesalahan dan perisitiwa ini dijadikan momen pembelajaran kasus rasialisme.

(jek/isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini