Sukses

Lewat Aplikasi Bulp, Feedback Masyarakat Bisa Lebih Didengar

Hadirnya aplikasi Bulp memudahkan masyarakat menyampaikan feedback-nya ke layanan yang diberikan berbagai perusahaan.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia teknologi Indonesia, khususnya di bidang pengembangan aplikasi, kedatangan pendatang baru. Selasa (29/9/2015), hadir sebuah aplikasi customer relation management pertama karya perusahaan rintisan (startup) lokal yang bernama Bulp.

Bulp hadir untuk menjembatani perusahaan dan masyarakat melalui penyampaian aspirasi yang komprehensif dan kolaborasi serta partisipasi aktif dari masyarakat dan perusahaan secara independen.

Secara gamblang, aplikasi ini memudahkan masyarakat untuk menyampaikan feedback-nya langsung ke pihak layanan yang diberikan perusahaan. Perusahaan bisa langsung mengetahui jenis feedback apa yang disampaikan oleh para konsumennya.

Bertempat di Conclave, Jakarta, Bulp mengadakan peluncuran resminya ke publik. Pada kesempatan itu, startup tersebut juga mengundang Alanda Kariza, seorang penulis dan aktivis sosial. Alanda berpendapat, hadirnya Bulp tentunya dapat mendorong masyarakat Indonesia agar lebih berani berpendapat, khususnya memberikan masukan yang konstruktif dan positif.

Alanda Kariza pada saat peluncuran Bulp di Conclave (Foto: Bulp)

“Meski sekilas masyarakat Indonesia terkesan skeptis, mereka sebenarnya memiliki keinginan agar suara mereka didengar. Mereka ingin menyuarakan pendapatnya. Oleh karena itulah, media sosial di Indonesia sangat sering digunakan," kata Alanda.

Tak hanya merilis aplikasi, Bulp juga mengusung kampanye #YourVoiceMatters yang dirasa Alanda dapat mendorong perusahaan swasta dapat meningkatkan kualitas pelayanan mereka berkat aspirasi yang tersalurkan pengguna Bulp. “Hal ini tentunya bisa memberikan dampak positif baik untuk perusahaan maupun masyarakat,” kata dia.

Arie Nasution selaku Chief Executive Officer (CEO) Bulp mengungkapkan bahwa versi beta Bulp telah dirilis sejak Januari 2015. Menariknya, selama delapan bulan terakhir, Bulp telah mendapatkan feedback sebanyak 9.000 masukan.

"Uniknya, hanya 22 persen di antaranya yang merupakan keluhan. Sementara 78 persen sisanya berupa saran, permintaan, dan pujian," imbuh Arie.

Arie Nasution, CEO Bulp (Foto: Bulp)

"Hal ini membuktikan bahwa orang-orang Indonesia sebenarnya mau memberikan pujian, saran, hanya saja, selama ini tidak ada wadah yang menjembatani," lanjutnya.

Meskipun sekilas terlihat seperti jejaring sosial, Arie menekankan bahwa Bulp justru bukanlah sebuah jejaring sosial. "Bedanya Bulp dengan jejaring sosial adalah jika di Bulp pengguna tidak membagikan masukan mereka melalui media sosial, maka masukan yang mereka berikan bersifat pribadi. Pihak yang tahu isi masukan tersebut hanyalah sang pengirim dan perusahaan yang bersangkutan," tambah Arie.

Sekadar informasi, Bulp menawarkan fitur utama yang dapat digunakan penggunanya untuk menyalurkan aspirasi langsung ke perusahaan yang ingin di-feedback. Aspirasi tersebut berupa saran, komplain (keluhan), permintaan, dan pujian. Setelah mengumpulkan feedback, pengguna bisa mengetahui perkembangan aplikasi dengan lima status, yaitu pending, rejected, approved, delivered, dan responded.

Selain fitur feedback yang merupakan fitur utama, terdapat fitur share, di mana pengguna Bulp dapat membagikan keluhan, pujian atau saran mereka melalui jejaring sosial. Fitur lainnya adalah fitur Me Too! yang menyerupai fitur "Likes" pada Facebook. Fitur ini dapat digunakan oleh Bulpers (sebutan pengguna Bulp) lainnya jika ia melihat feedback yang dilontarkan sama dengan yang dirasakan olehnya.

(Jek/Dew)*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.