Sukses

Masa Depan Bisnis Handset BlackBerry Suram?

Menurut para analis, smartphone Android Priv tidak akan memberikan dampak apa pun bagi keseluruhan bisnis BlackBerry.

Liputan6.com, Jakarta - BlackBerry beberapa waktu lalu telah meluncurkan smartphone berbasis sistem operasi (OS) Android, Priv. Sayangnya, kehadiran smartphone itu dinilai tidak akan berhasil mengembalikan masa kejayaan BlackBerry.

Analis International Data Corporation (IDC), Francisco Jeronimo, mengatakan bahwa kehadiran Priv tidak akan membuat perubahan apa pun bagi keseluruhan bisnis BlackBerry. Berdasarkan data IDC, pangsa pasar BlackBerry berada di 0,3 persen dengan penjualan di bawah satu juta unit selama kuartal III (Q3) 2015.

"Sudah terlalu terlambat. Jika (Priv) diluncurkan tiga atau empat tahun lalu, mungkin hasilnya akan berbeda," tutur Jeronimo.

Menurutnya, Priv memang memiliki kualitas hardware yang baik. Sayangnya, hal tersebut tidak cukup kuat untuk bisa menarik minat beli konsumen. Priv hadir dengan layar 5,4 inci (1440 x 2560 piksel), prosesor Snapdragon 808, RAM 3GB dan kamera 18 megapiksel (MP). Smartphone tersebut hadir dengan OS Android 5.1.1.

Salah satu keunggulan utama yang ditawarkan oleh Priv adalah fitur keamanan. Meski masih ada sejumlah klien enterprise, seperti bank dan pemerintah yang mengandalkan fitur keamanan, jumlahnya tidak terlalu banyak.

"Kita berbicara tentang perusahaan-perusahaan atau pemerintah yang sangat khusus, dan mereka benar-benar memastikan keamanan. Perusahaan-perusahaan semacam itu mungkin akan mempertimbangkan perangkat tersebut, tapi sebagian besarnya tidak," katanya.

Sebagian besar konsumen, kata Jeronimo, akan membeli iPhone. Sedangkan klien enterprise lebih tertarik dengan penawaran Microsoft (Windows 10 dan Office). Salah satu opsi yang harus dipertimbangkan BlackBerry, katanya, adalah fokus pada area lain seperti keamanan.

"Jika mereka tidak berhasil membalikkan tren penjualan yang ada saat ini, maka akan menjadi akhir bagi bisnis handset-nya. Perusahaan sendiri masih bisa sukses dalam ruang enterprise dengan bisnis layanan dan software yang kuat," sambung Jeronimo.

Tak hanya Jeronimo, peneliti dari Gartner, Roberto Cozza, memiliki pandangan serupa. Ia menilai kehadiran Priv sudah terlambat untuk bisa kembali membangkitkan bisnis handset BlackBerry.

"Sudah terlambat. BlackBerry bisa bertahan sebagai perusahaan layanan nirkabel dan solusi enterprise, tapi pada akhirnya mereka harus melihat apa yang ingin diakukan dengan hardware," ungkapnya. Demikian seperti dikutip dari Business Insider, Senin (9/11/2015).

(din/isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.