Sukses

Tebar Teror di Medsos, Tiga Remaja Ini Ditahan Polisi

Mulutmu harimaumu, berhati-hatilah jika ingin menulis pesan di medsos. Apalagi, jika isi pesan itu sekadar bercanda atau mencari sensasi.

Liputan6.com, Missouri, Amerika Serikat - Entah maksudnya ingin bercanda atau mencari sensasi, namun nasib nahas menimpa ketiga remaja asal Missouri, Amerika Serikat ini. Pasalnya, mereka berlagak menjadi teroris di media sosial (medsos) dengan mengumbar ancaman yang cukup meresahkan teman-temannya.

Adalah Hunter Park, remaja pria 19 tahun yang pertama kali diduga melakukan ancaman terorisme di medsos. Pria yang mengemban studi Ilmu Komputer di University of Missouri ini dibekuk kepolisian setempat pada Kamis lalu, 12 November 2015.

Hunter Park (Reuters & Facebook)

Meski tidak diungkap jenis media sosial apa yang digunakan, pihak kepolisian mengumbar ancaman yang dilontarkan pria tersebut. Diungkap, Park berniat untuk menembak orang berkulit hitam yang ia lihat ada di kampusnya.

"Besok, saya akan berdiri di kampus. Saya akan menembaki setiap orang berkulit hitam yang saya lihat."

Park tak sendiri. Selain dirinya, ancaman yang sama juga dilontarkan oleh Connor Stottlemyre, mahasiswa dari Northwest Missouri State University.

Hunter Park (Reuters & Facebook)

Dirinya juga telah dibekuk. Menurut kepolisian, Stottlemyre menebar ancaman terornya di beberapa medsos, termasuk aplikasi pesan instan Yik Yak. Bedanya, ancaman terorisme dari Stottlemyre sudah menyebar luas hanya dalam waktu tiga hari.

"Saya akan menembaki semua orang berkulit hitam besok. Bersiaplah. Saya sangat terobsesi dengan tindak kejahatan. Tidak sabar ini akan menjadi berita besar di Missouri."

Selain Park dan Stottlemyre, satu remaja lain yang juga telah dipenjarakan polisi adalah Tyler Bradenberg. Berbeda dengan kedua remaja tadi, ancaman terorisme Bradenberg tidak dikhususkan kepada orang berkulit hitam.

Hanya saja, ancamannya setingkat lebih mengerikan dari ancaman yang dilontarkan Park dan Stottlemyre. Bradenberg berniat untuk membuat pembantaian besar-besaran di sekolahnya.

Sampai saat ini, pihak kepolisian Missouri tetap siaga mencari jika ada remaja yang masih berniat melakukan hal sama. Yang jelas, menebar teror di medsos -- apakah itu termasuk tindakan bercanda atau nyata, sangat dilarang. Apalagi jika teror tersebut melibatkan isu rasisme.

(jek/isk)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini