Sukses

Free Basics, Layanan Internet Gratis Facebook yang Tuai Kecaman

Layanan internet gratis yang dicanangkan oleh Facebook ternyata tidak menuai reaksi positif dari beberapa negara.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, dunia internet sempat dihebohkan dengan langkah regulator India yang menghentikan sementara layanan internet gratis dari Facebook, Free Basics. Layanan internet itu dianggap telah melanggar prinsip-prinsip net neutrality yang menjadi acuan saat ini.

Keputusan itu ternyata langsung ditanggapi oleh Mark Zuckerberg, CEO Facebook sekaligus orang di balik hadirnya layanan ini. Zuckerberg membantah bahwa Free Basics telah melanggar prinsip-prinsip net neutrality.

Bahkan, mengutip The Economist, Jumat (8/1/2016), ketika itu, Zuckerberg sempat menulis sebuah editorial di Times of India pada 28 Desember 2015, tentang kemungkinan adanya pihak lain yang dapat menghadirkan layanan serupa Free Basics.

"Bukannya menyambut Free Basics sebagai sebuah platform terbuka yang dapat berpartner dengan pemain telekomunikasi manapun, dan memungkinkan setiap pengembang menawarkan layanan secara gratis, mereka mengklaim secara sepihak bahwa layanan ini akan memberi orang sedikit pilihan," tegas Zuckerberg.

Menurutnya, Free Basics bekerja layaknya gerbang ke internet. Lebih lanjut ia menuturkan bahwa setengah pengguna yang telah merasakan pengalaman online lewat layanan ini akan mulai membayar untuk akses internet lebih penuh beberapa bulan kemudian.

Namun, sikap optimis Zuckerberg itu ternyata tidak sejalan dengan pandangan orang lain. Sebab, nyatanya tidak sedikit pihak yang menentang kehadiran Free Basics di India, khususnya badan internet dan industri mobile di India, yang mana Facebook juga menjadi anggotanya.

Kritik pun ditujukan pada salah satu media sosial populer itu. Dasar argumen yang digunakan adalah layanan Free Basic diibaratkan layaknya taman berpagar, yang semua kontennya harus disetujui Facebook terlebih dulu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Selain itu, dikhawatirkan layanan ini dapat mengancam privasi pelanggan dengan mengambil data ketika mengakses layanan tersebut, dan seolah memiliki sikap anti persaingan.

Lebih lanjut, dijelaskan apabila pengguna baru internet merupakan pengguna Facebook, jelas bisnis online lain tidak punya pilihan selain beroperasi dalam ekosistem yang dibuat Facebook.

Facebook pun menyanggah anggapan tersebut dengan menyebutkan bahwa layanan ini terbuka untuk semua pihak dengan persyaratan tertentu.

Terkait keamanan, Facebook menuturkan bahwa data pengguna hanya akan disimpan selama 90 hari. Ditambah, layanan ini tidak memiliki motif mencari keuntungan, sebab tidak menyertakan iklan di dalamnya.

Terkait tuduhan akan mematikan kompetisi, Facebook menyebutkan bahwa tak ada ancaman yang lebih baik bagi inovasi lokal ketimbang membuat orang-orang offline. Bahkan, seturut dengan ucapan Zuckerberg, kehadiran Free Basics seharusnya dapat mendorong operator seluler menyediakan layanan yang lebih murah.

Di sisi lain, keputusan India untuk menghentikan layanan ini juga diikuti oleh Mesir. Negara Afrika tersebut memastikan diri untuk menutup layanan Free Basics.

Hanya saja, dengan alasan yang belum jelas. Namun, beberapa pihak menilai langkah penutupan itu dilakukan untuk mulai membatasi akses internet ke masyarakat Mesir.

(Dam/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.