Sukses

Militer Amerika Serikat Pertimbangkan Senjata Mematikan Otonomos

Departemen Pertahanan Amerika Serikat bermaksud mempelajari kelayakan senjata mematikan yang sama sekali tidak dikendalikan atau otonomos.

Liputan6.com, Jakarta - Senjata mematikan yang dikendalikan dari jarak jauh adalah satu contoh hal keren. Tapi bagaimana dengan senjata mematikan yang sama sekali tidak dikendalikan?

Departemen Pertahanan Amerika Serikat bermaksud untuk mempelajari kelayakan jenis senjata kedua atau kita sebut dengan istilah senjata otonomos.

Sebagaimana diwartakan Ars Technica, yang dikutip dari PC Mag, Rabu (9/3/2016), Asisten Sekretaris Deputi Pertahanan Direktorat Akuisisi, Teknologi, dan Logistik Departemen Pertahanan AS, Melissa Flagg mengungkapkan rencana senjata otonomos, yang masih bersifat konseptual, pada sebuah konferensi kemarin.

"Kami (Departemen Pertahanan Amerika Serikat) perlu memahami dan mengetahui bahwa hal itu (senjata otonomos) tidak harus terjadi, tapi kami juga harus memilih karena kami adalah orang-orang yang selalu memiliki skenario terburuk," ujar Flagg.

Tujuan utamanya bukanlah mengirim robot bergaya Terminator ke medan perang. Sebaliknya, rencana ini bertujuan mengembangkan teknologi yang kompatibel dengan sistem yang ada, tetapi dapat menangani keputusan-keputusan sulit dengan sendirinya. Misalnya, apakah harus menarik pelatuk jika komunikasi dengan kantor pusat hilang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Versi awal dari teknologi ini telah beroperasi di Israel sejak tahun 2011. Disebut Iron Dome, teknologi ini dirancang untuk secara otomatis mencegat (intercept) dan menghancurkan roket jarak pendek dan artileri.

Beberapa komponen Dome tersebut adalah intercepting missiles, yang dibuat oleh Ratheon dan perusahaan AS lainnya.

Terkait rencana ini, Human Rights Watch dan Harvard Law School tahun lalu merilis sebuah laporan. Diungkapkan, laporan tersebut sangat tidak menganjurkan pengembangan senjata otonomos.

Salah satu kekhawatiran terbesar adalah tidak jelas siapa yang akan bertanggung jawab jika teknologi senjata otonomos mengalami malfungsi--tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

CEO Tesla Elon Musk, pendiri Apple Steve Wozniak, dan profesor Stephen Hawking merupakan segelintir di antara 1.000 orang lebih peneliti robotika dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang mendukung surat terbuka yang memperingatkan teknologi tersebut pada tahun lalu.

"Pertanyaan kunci untuk kemanusiaan hari ini adalah bagaimana memulai perlombaan senjata kecerdasan buatan global atau bagaimana mencegahnya dari awal," tulis surat itu.

(Why/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini