Sukses

Startup Asal Jepang Ciptakan Hujan Meteor Buatan, untuk Apa?

Startup ini akan mengirim satelit di mana mengeluarkan 500 hingga 1.000 meteor kecil dengan cahaya yang berbeda-beda.

Liputan6.com, Tokyo - Tidak ada kata mustahil bagi Jepang. Bagi mereka, teknologi bisa dibuat dengan mudah. Buktinya, sebuah startup asal Negeri Sakura tersebut berencana membuat hujan meteor buatan dengan mengirimnya dari Bumi.

Startup yang bernama ALE ini menggandeng beberapa ilmuwan dari universitas ternama Jepang untuk 'memproduksi' hujan meteor buatan. Proyek besar yang bernama "Sky Canvas" ini pun akan dihelat dalam waktu dekat.

Seperti disampaikan Tech Insider, Jumat (27/5/2016), ALE akan meluncurkan sebuah satelit dari Bumi ke luar angkasa dalam jarak 310 mil. Nanti, satelit tersebut akan mengeluarkan 500 hingga 1.000 butiran meteor buatan kecil yang dapat memendarkan cahaya dengan warna yang berbeda-beda.

Kala meteor-meteor buatan tersebut jatuh ke arah Bumi, mereka akan 'membakar diri' dan terlihat seperti meteor sungguhan. Bahkan, ALE juga telah menguji pembuatan butir meteor buatan. Cahaya yang dipendarkan juga telah diuji. Jika dilihat dari Bumi, cahaya meteor buatan tersebut tampak cukup terang.

Lalu untuk apa meteor buatan ini diciptakan? Rie Yamamoto, juru bicara ALE, mengatakan meteor buatan tersebut ditujukan untuk selebrasi acara-acara besar. Nanti, meteor ini akan hadir dalam pembukaan Ceremony Olympics Tokyo pada 2020 mendatang.

"Meteor kami dibuat untuk acara besar seperti Olimpiade. Bagaimanapun, kami masih dalam proses pengembangan lebih lanjut untuk menguji apakah benda buatan ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya," kata Yamamoto.

Pada kesempatan yang sama, Hugh Lewis, ilmuwan Aerospace dan Space Debris dari University of Southampton, mengatakan bahwa menciptakan hujan meteor buatan merupakan hal yang memungkinkan.

ale artificial meteor colors
Hanya saja, ia melanjutkan, orbit rendah Bumi merupakan orbit yang paling padat. Masalahnya, jika meteor buatan dijatuhkan di atas orbit tersebut akan memberikan dampak berisiko pada International Space Station (ISS) yang berada pada orbit tersebut.

"Ini bisa saja dilakukan. Tetapi tantangannya adalah menghindari beberapa satelit dan juga ISS agar tidak terkena meteor buatan," ia menuturkan.

(Jek/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini