Sukses

Hati-hati, Indonesia Paling Rentan Serangan Hacker

Data Malware Infection Index 2016 menyebutkan Indonesia menempati posisi kedua dari 19 negara yang paling banyak terdeteksi malware.

Liputan6.com, Singapura - Pengguna internet di Indonesia wajib berhati-hati. Pasalnya, data Malware Infection Index 2016 menyebutkan Indonesia menempati posisi kedua dari 19 negara yang paling banyak terdeteksi malware.

Data yang dikeluarkan oleh Microsoft Malware Protection Center (MMPC) ini mencatat 19 negara tersebut merupakan pasar utama Microsoft di Asia Pasific. 

Urutan pertama ditempati oleh Pakistan, sedangkan posisi di bawah Indonesia antara lain Bangladesh, Nepal, Vietnam, Filipina, Kamboja, India, Sri Lanka, Thailand, Malaysia, Singapura, Taiwan, Tiongkok, Hong Kong, Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Jepang.
 
Keshav Dhakad, Regional Director, Intellectual Property & Digital Crime Unit Microsoft Asia di Singapura, Selasa (7/6/2016). (Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani)
Regional Director of Intelletual Property & Digital Crimes Unit (DCU) Microsoft Asia, Keshav Dhakad mengatakan Malware Infection Index 2016 menemukan setiap negara memiliki rata-rata 40 persen atau lebih perangkat yang terkena malware. 

Angka ini, kata Keshav, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata perangkat di dunia yang terkena malware. Misalnya pada kuartal keempat 2015 tercatat 20,8 persen komputer di dunia yang terdeteksi i. Sementara pada kuartal pertama 2015, sekitar17,3 persen komputer di dunia terkena malware.

Keshav mengatakan, meningkatnya kecanggihan dan serangan cyber yang ditargetkan menyebabkan gangguan yang menghancurkan.

"Selain itu juga menimbulkan kerugian data dan informasi di semua segmen komputer dan internet pengguna," katanya ditemui tim Tekno Liputan6.com di Kantor Microsoft Asia di Singapura, Selasa (7/6/2016) kemarin.

Yang terparah, kata Keshav, organisasi atau perusahaan umumnya baru menyadari telah menjadi korban kejahatan siber pada 200 hari sejak malware merasuki komputernya.

"Data mencatat ada 4 penyebab mudahnya perangkat komputer di negara-negara Asia Pasifik ini terserang malware. Pertama, penggunaan perangkat IT yang sudah lawas, tak terlindungi, dan tak diperbarui dengan software genuine," ujar pria yang bergabung dengan Microsoft sejak 2007 ini.

Kedua, tidak teraturnya penggunaan perangkat IT meliputi penggunaan, pengadaan, dan pemeliharaannya. Ketiga, perilaku karyawan yang menggunakan perangkat IT tersebut tidak cyberhygiene.

"Dalam artian tidak mempersiapkan komputer dengan update, tidak melindungi datanya serta perilakunya yang masih kurang dalam menjaga keamanan siber," tuturnya.

Dan terakhir, perusahaan-perusahaan yang diserang malware ini belum mampu melakukan pemantauan serta pendeteksian tepat waktu.

Ia juga menyebutkan, kejahatan siber memang paling banyak terjadi di Asia Pasifik, sebab 60 persen dari populasi dunia hidup di wilayah ini. Ia mengingatkan, para peretas tak pandang bulu dalam menjadikan siapapun sebagai korban selama mereka mendapatkan keuntungan.

(Tin/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.