Sukses

Serangan DDoS Merugikan Citra Perusahaan

Perusahaan yang menjadi target serangan Distributed Denial of Service tidak hanya rugi finansial, tetapi juga citra perusahaan tercemar.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan yang menjadi target serangan Distributed Denial of Service (DDoS) tidak hanya rugi secara finansial. Bentuk kerugian lain adalah citra perusahaan menjadi tercemar.

Dijelaskan Territory Channel Manager Kasperky Indonesia, Dony Koesmandarin, isu trust (kepercayaan) terhadap perusahaan yang menjadi target serangan, merupakan salah satu dampak lain yang harus diperhatikan. Kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan merupakan dampak besar.

"Suatu institut pasti akan terpengaruh dari sisi trust, integritasnya. Apalagi jika yang menjadi korban itu dari industri finansial," tutur Dony saat ditemui di kawasan Jakarta, Rabu (27/7/2016).

Karena itu, perusahaan dan brand disarankan mengadopsi strategi proaktif dan bukan reaktif, jika tidak ingin terus menjadi korban serangan DDos. Pasalnya, selama ini serangan DDos lebih sering menyasar segmen B2B.

Dalam sebuah survei bertajuk Global Corporate IT Security Risks 2015 yang dilakukan oleh B2B International dengan Kaspersky Lab, satu serangan DDoS pada sumber daya daring (online resource) perusahaan dapat menyebabkan kerugian finansial mulai dari US$ 53 ribu hingga US$ 417 ribu, tergantung pada ukuran perusahaan. Ada bermacam konsekuensi yang harus ditanggung, mulai dari kehilangan akses ke informasi penting hingga peluang bisnis.

Kaspersky memiliki sejumlah cara supaya perusahaan bisa melawan serangan DDos. Misalnya, perusahaan harus membuat metode untuk mendeteksi serangan siber, kemudian harus memerhatikan performa server untuk memantau jika ada kejanggalan.

"Intinya perusahaan harus bisa memfilter paket-paket atau traffic yang masuk. Karena pada umumnya, serangan DDoS mengirimkan traffic tinggi kepada website yang menjadi target, sehingga server tidak bisa diakses," ujar Dony menjelaskan.

Namun menangkap pelaku serangan siber DDoS bukanlah perkara mudah. Pasalnya, mereka sering menggunakan banyak layer dan tidak melakukan serangan secara langsung dari komputernya.

"Jadi pelaku ini sering menggunakan 'zombie PC' yang sebelumnya telah mereka susupi dengan malware atau botnet. Nah 'zombie PC' inilah yang menjadi layer mereka, sehingga sulit diketahui pelaku serangan sebenarnya," kat Dony.

Karena itu, Dony menyarankan masyarakat lebih berhati-hati menggunakan komputer dan mengakses berbagai website. "Jangan terkecoh dengan berbagai bujukan untuk mengunjungi website yang tidak familiar, karena bisa saja begitu kita akses, komputer kita akan langsung disusupi malware," pungkas Dony.

(Din/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.