Sukses

Kecerdasan Buatan Jadi Ancaman bagi Kapitalisme

Karena kecerdasan buatan, masa depan pekerjaan bagi manusia amat buruk, sehingga kapitalisme mungkin akan gagal sebagai sistem ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Pew Research, yang bermitra dengan Elon University, belum lama ini merilis riset berjudul The Future of Jobs and Jobs Training. Riset ini melibatkan 1.400 peneliti, pakar teknologi, profesor, dan CEO startup di industri kecerdasan buatan, serta masyarakat umum.

Sejumlah pihak yang terlibat di riset ini antara lain petinggi Google dan Microsoft, pengajar MIT, Harvard, dan kampus lainnya, serta pihak-pihak yang memiliki ketertarikan terhadap kecerdasan buatan dan masa depan dunia kerja.

"Orang-orang akan menciptakan pekerjaan masa depan, bukan sekadar melatih mereka, dan teknologi (kecerdasan buatan) sudah pasti berperan sangat penting," kata seorang peneliti Microsoft, dikutip dari Venture Beat, Senin (8/5/2017).

"Tidak diragukan lagi, kecerdasan buatan pasti akan memainkan peran lebih penting pada tahun-tahun mendatang," sambungnya.

Namun ternyata tidak semua orang begitu yakin akan hal ini. Sejumlah responden masih mempertanyakan apakah pelatihan pekerjaan apa betul-betul tidak akan lagi ada di masa depan.

"Sementara tiga tema pertama yang ditemukan di antara tanggapan responden terhadap penelitian ini sebagian besar mengharapkan kemajuan dalam pendidikan dan pelatihan pekerjaan abad ke-21, sebagian besar tanggapan para ahli ternama mencerminkan tingkat pesimisme signifikan karena berbagai alasan," tulis Pew Research dalam laporan tersebut.

"Beberapa bahkan mengatakan masa depan pekerjaan bagi manusia amat buruk, sehingga kapitalisme mungkin akan mengalami kegagalan sebagai sistem ekonomi," paparnya

Laporan ini juga menyatakan bahwa sebagian besar orang dalam survei tersebut, yang mengomentari kapitalisme, memilih untuk tetap anonim, tetapi beberapa dari mereka menuliskan namanya.

Misalnya, Mike Warot, seorang masinis di Allied Gear mengatakan, "Pada akhirnya kita akan berakhir dengan penghasilan pas-pasan, atau revolusi."

Sementara itu, seorang arsitek sistem dan analis kebijakan di Protocol Technologies Group, Miles Fidelman, berujar bahwa tren kecerdasan buatan sebetulnya sudah terlihat cukup jelas. "Kita akan membutuhkan lebih sedikit 'pekerja' di masa depan," kata Fidelman.

Untuk waktu lama, menurut Fidelman, fiksi ilmiah telah memberi kita gambaran tentang dunia di mana mesin melakukan semua pekerjaan. "Pada saat yang sama orang-orang hanya menikmati kesenangan, pencarian artistik, dan lain-lain," pungkasnya.

Pelatihan untuk pekerjaan di masa depan

Pertanyaan utama dalam survei ini adalah "Dalam sepuluh tahun ke depan, apakah Anda pikir kita masih akan melihat program-program pendidikan dan pelatihan baru yang berhasil melatih sejumlah besar pekerja dalam keterampilan yang mereka perlukan untuk melakukan pekerjaan di masa depan?"

Sekitar 70 persen peserta survei mengatakan mereka yakin program pendidikan dan pelatihan akan berhasil mempersiapkan orang untuk mendapatkan pekerjaan di masa depan.

Namun, banyak responden juga percaya bahwa pendidikan tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam dekade berikutnya karena automatisasi dan kecerdasan buatan diprediksi akan mengambil alih lebih banyak pekerjaan manusia

(Why/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.