Sukses

3 Risiko Pakai Aplikasi Gratisan di Android, Apa Saja?

Meski menyenangkan, penggunaan aplikasi gratis juga memiliki sejumlah risiko, apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Ternyata, sebagian besar penghasilan pengembang yang memasarkan produknya di Google Play bukan berasal dari aplikasi berbayar, melainkan dari aplikasi gratis. Lantas, bagaimana cara pengembang mendapatkan pemasukan dari aplikasi yang dijajakan secara gratis tersebut?

Mengutip laman Android Pit, Sabtu (20/5/2017), pengguna yang tak membayar sepeser pun atas aplikasi gratis yang digunakannya ternyata tetap membayar dengan cara lain. Hal ini diungkap berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh University of Southern California, Rochester Institute of Technology, and Queen’s University.

Dalam studi tersebut, tim peneliti membandingkan 21 aplikasi terpopuler di Google Play sepanjang Januari 2014 hingga Agustus 2014 di sebuah perangkat Galaxy S2.

Peneliti menemukan masalah utamanya, yakni aplikasi gratisan didanai oleh iklan. Hal ini tampak sah-sah saja, namun bisa menciptakan efek buruk. Tim peneliti juga menemukan ada beberapa kekurangan dan risiko saat pengguna memakai aplikasi gratisan. Apa saja?

1. Aplikasi gratisan boros

Dengan adanya iklan, aplikasi gratisan menggunakan 33 persen baterai smartphone. Tak hanya itu, masa pakai baterai smartphone juga berkurang saat seseorang memakai aplikasi gratisan.

Mereka yang memakai banyak aplikasi gratis akan mampu melihat seberapa besar perbandingan penggunaan baterai kala belum memakainya, dan setelah memakai aplikasi gratis.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Memperlambat Kinerja Smartphone

2. Perlambat kinerja sistem smartphone

Memang benar kalau smartphone premium menggunakan prosesor yang lebih kuat, namun dengan frekuensi pemakaian aplikasi gratis yang tinggi dalam aktivitas sehari-hari, kinerja sistemnya bisa lebih lambat ketimbang pemakaian normal.

Hasil penelitian mengungkap, didukung oleh iklan, aplikasi gratis menggunakan 56 persen dari kinerja pemrosesan. Rinciannya adalah 22 persen dari penggunaan memori dan 48 persen merupakan komputasi yang terakumulasi pada prosesor.

Karena tak semua pengguna ponsel memakai smartphone flagship, bisa dibayangkan lambatnya perangkat mereka, terutama yang memakai ponsel dengan RAM hanya 1GB atau 2GB.

 

3 dari 3 halaman

Boros Kuota Data

3. Habiskan lebih banyak mobile data

Seberapa sering iklan muncul saat kamu sedang membuka atau memainkan aplikasi gratis? Tentunya hal ini juga menguras lebih banyak kuota dibandingkan saat pop-up iklan tak muncul.

Berdasarkan hasil temuan para peneliti, jumlah paket data yang didapatkan dari aplikasi gratis 100 persen lebih banyak dari aplikasi berbayar dengan kenaikan mencapai 79 persen.

Pada negara yang rata-rata pengguna ponsel memiliki paket 1GB, tentunya paket data begitu cepat habis, bisa jadi alasannya karena penggunaan aplikasi gratisan. Menurut operator AT&T, rata-rata konsumsi data aplikasi gratis adalah 1,7 sen tiap kali pengguna membukanya.

Tanpa mengurangi rasa hormat pada pengembang yang menciptakan aplikasi gratis, pengguna smartphone seharusnya patut mempertimbangkan versi aplikasi berbayar yang bebas iklan. Dengan begitu, kuota data, baterai, dan kinerja sistem pun bisa dihemat.

(Tin/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.