Sukses

Mobile Banking dan Fintech Jadi Sasaran Empuk Serangan Siber

Menurut laporan Kaspersky, hacker kini tak lagi mengincar data nasabah, tetapi mencuri uang dari institusi keuangan besar.

Liputan6.com, Phuket - Semakin banyaknya transaksi perbankan dengan fasilitas mobile banking dan financial technology (fintech) berpotensi menimbulkan ancaman baru bagi dunia keamanan siber.

Head of Research Center Kapersky Lab Global Research and Analysis Team, Yury Namestnikov, mengatakan para hacker kini tengah membidik serangan ke bentuk teknologi baru. Salah satunya adalah mobile banking dan fintech.

Menurut Yury, hacker ini memiliki berbagai cara untuk memuluskan serangan siber yang mereka buat. Bahkan, kerugian yang ditaksir dari serangan ini tidak sedikit.

"Memang tidak bisa dirata-ratakan untuk tiap serangan. Tapi biasanya kerugian ini bisa mencapai lebih dari US$ 10 juta," tutur Yury saat berbincang bersama Liputan6.com di Thailand, Rabu (11/10/2017).

Lebih lanjut, ia mengatakan para hacker ini juga tidak lagi mengincar data nasabah. Kebanyakan dari mereka memiliki motif untuk mencuri uang dari institusi keuangan yang besar.

"Tahun ini, kami telah memantau perubahan para pelaku penyerangan siber. Kelompok-kelompok ini yang awalnya mengincar data sekarang memiliki motif lain. Mereka ingin mencuri uang, terutama dari bank rentan yang berada di wilayah Asia Pasifik (APAC)," jelasnya.

Menurut Yury, banyak negara di Asia Pasifik yang telah menjadi sasaran dari serangan siber ini. Indonesia masuk menjadi satu negara yang menjadi target dengan beberapa negara Asia lain, seperti Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Hong Kong, Bangladesh, and Vietnam.

Sebelumnya Penelitian dari Kaspersky Lab dan B2B International mengenai Financial Institutions Security Risks menjelaskan investasi keamanan menjadi prioritas utama bagi perbankan dan lembaga keuangan. Ini bisa menjadi cara untuk menghalau serangan siber yang datang kapan saja.

"Konsekuensi yang mereka terima dari serangan siber, baik kepada infrastruktur serta nasabah, menyebabkan perbankan harus mengeluarkan dana tiga kali lebih besar untuk keamanan TI jika dibandingkan dengan lembaga non-keuangan," ungkap laporan Kaspersky Lab tersebut.

(Vina Muliana/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.