Sukses

Aplikasi Game Dibuat Untuk Membantu Terapi Anak Autis

Tiga mahasiswa di Yogyakarta membuat aplikasi game sederhana untuk membantu terapi para penyandang autisme. Aplikasi tersebut dinamakan dengan "Ahada".

Terapi untuk satu orang anak autis membutuhkan biaya yang tidak sedikit, jumlahnya bisa mencapai sekitar Rp 9 juta per bulan. Berangkat dari situlah, tiga mahasiswa di Yogyakarta membuat aplikasi game sederhana untuk membantu terapi penyandang autisme.

Aplikasi tersebut dinamakan dengan "Ahada". Aplikasi ini diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif pilihan terapi untuk meminimalisir autisme lebih lanjut. Dengan Ahada, para orangtua diharapkan dapat terbantu dalam melatih gerak respons anak autis dan gangguan sensorik lainnya dengan cara yang lebih menarik.

Tim Liputan6.com sempat mencoba aplikasi ini di booth Tim VEO Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) AMIKOM Yogyakarta, pada acara final kompetisi Imagine Cup 2013 yang diadakan Microsoft di Epicentrum Jakarta beberapa waktu lalu.

Yang menarik, mereka menggunakan Microsoft Kinect - alat pendeteksi input berbasis gerakan yang selama ini digunakan untuk bermain video game. Liputan6.com mencoba memainkan game "Fun Buble", game bertema gelembung udara yang bergerak-gerak di layar monitor.

Cara kerjanya sangat mudah, anak hanya perlu berdiri di depan monitor yang sudah dipasangi Kineck. Selanjutnya, dengan permainan yang sudah dirancang khusus itu, anak diminta untuk memecahkan gelembung-gelembung tersebut dengan cara mengarahkan cursor dengan gerakan tangan lalu memecahkannya dengan tangan kiri. Tangan sebelah kanan berfungsi sebagai klik kanan, sedangkan tangan kiri sebagai klik kiri.

"Berawal dari mimpi untuk membuat aplikasi yang dapat membantu banyak orang, kami membuat aplikasi ini untuk membantu melatih sensor motorik dan keseimbangan anak autis", kata Development Manager VEO Creative Donni Prabowo saat dijumpai Liputan6.com di booth mereka.

Aplikasi ini dibuat oleh tiga orang mahasiswa S2 AMIKOM Jogja yaitu Donny Prabowo, Afif Bimantara dan Bram Pratowo. Konsep dan pengerjaannya sendiri dibuat mulai bulan Januari 2013 lalu. Dalam membuat aplikasi, mereka juga sudah berkonsultasi dengan pengajar psikologi di Universitas Gadjah Mada untuk mengumpulkan data terkait anak autis.

"Aplikasi ini masih merupakan tahap awal, nanti akan diupgrade dan dikembangkan lebih jauh lagi. Kalau sekarang masih menggunakan sensor dimana orang harus berdiri di depan Kineck", jelasnya.

Ahada juga dilengkapi informasi tentang hal-hal seputar autisme untuk para orangtua ataupun guru untuk memperluas wawasan mereka. Selain game bertema gelembung udara, terdapat pula game yang dapat melatih kecerdasan. (dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini