Sukses

Reuters Pecat Jurnalis, Terkait Anonymous atau Tweet Bom Boston?

Menurut juru bicara Reuters David Girardin, pemecatan tak terkait Anonymous, melainkan pelanggaran yang dilakukan Keys saat membuat akun parodi yang meledek CEO Google Larry Page.

Editor untuk media sosial di Reuters bernama Matthew Keys pernah tersangkut kasus hukum dengan tuduhan membantu aktivis peretas Anonymous dalam melumpuhkan sejumlah situs yang dikelola korporasi media Amerika Serikat, Tribune Group. Reuters pun dikabarkan memecat Keys, tapi membantah karena kasus hukum terkait Anonymous.

Dilansir dari laman Slash Gear, Selasa (23/4/2013), kabar pemecatan ini diketahui dari akun Twitter milik Keys. Dalam sebuah tweet, Keys menulis tentang pemecatan yang secara efektif berlaku kemarin.

“Just got off the phone. Reuters has fired me, effective today. Our union will be filing a grievance. More soon," tulis dia di akun @TheMatthewKeys.

Menurut juru bicara Reuters David Girardin, pemecatan tak terkait Anonymous, melainkan pelanggaran yang dilakukan Keys. Reuters mengirim surat peringatan final alias pemecatan atas pelanggaran Keys saat membuat akun parodi bernama @PendingLarry.

Keys memang membuat akun itu untuk mengejek pendiri dan CEO Google Larry Page. Ini dianggap Reuters sebagai pelanggaran etika perusahaan, terutama di ranah media sosial, dan memperlihatkan sikap tak profesional. Matthew Keys juga mem-post surat pemecatan itu di akun Twitter miliknya.

Tapi bukan kali itu saja Keys dalam sorotan. Saat Keys men-tweet yang menyebut terduga pelaku Bom Boston bernama Mike Mulugeta dan Sunil Tripathi, Keys menuai kecaman. Apalagi kedua nama yang disebut Keys tak pernah terucap dari keterangan kepolisian.

Namun Keys membela diri, dan mengatakan informasi itu didapatnya frekuensi radio milik kepolisian. Sebagai jurnalis, Keys mengaku tak tahu kalau mengambil informasi dari frekuensi radio milik kepolisian untuk dipublikasi di Twitter sebagai sebuah pelanggaran. Menurutnya, banyak jurnalis yang mengutip dari frekuensi radio polisi tanpa ada masalah.  

Karena itu Keys menduga pemecatan terkait tweet tentang terduga Bom Boston yang informasinya didapat dari frekuensi kepolisian. "Saya paham bahwa Reuters tak setuju dengan liputan yang saya buat ketika acara Boston Marathon pekan lalu," ucap Keys kepada Politico.

Sedangkan pemecatan karena akun @PendingLarry dinilai Keys sebagai sebuah alasan yang tak masuk akal. Meski memberikan informasi yang salah terkait nama pelaku Bom Boston, memang sulit untuk memberikan sanksi kepada Keys. Karena itu Reuters diduga Keys malu atas kesalahan informasi yang diberikan Keys, sehingga melakukan pemecatan yang dibuat-buat.

Tapi Reuters memang tak pernah mengungkit soal Bom Boston dalam pemecatan Keys. Jadi baik Keys dan Reuters memiliki alasan yang berbeda. Versi siapa yang lebih benar? Entahlah, yang pasti Keys masih terus mempermasalahkan pemecatan yang dianggapnya tak memiliki alasan jelas ini. (gal)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini