Sukses

Perusahaan Pengguna <i>Cloud</i> Rawan Kebocoran Data

Resiko pelangggaran keamanan menjadi lebih besar ketika perangkat mobile kerap digunakan untuk mengakses berbagai layanan penyimpanan data berbasis teknologi awan (cloud).

Di era digital seperti sekarang ini, hampir seluruh perusahaan besar sudah memberikan dukungan fasilitas perangkat mobile bagi karyawannya untuk meningkatkan produktifitas kerja. Di satu sisi ini bermanfaat, namun di sisi lain langkah ini dianggap mengundang resiko yang cukup besar.

Resiko pelangggaran keamanan menjadi lebih besar ketika perangkat-perangkat ini kerap digunakan untuk mengakses berbagai layanan penyimpanan data berbasis teknologi awan (cloud) seperti Dropbox, YouSendt, dan iCloud.

Menanggapi permasalahan ini, Trend Micro meluncurkan produk proteksi data perusahaan yang diklaim dapat menanggulangi serangan cyber di dunia maya, termasuk kemungkinan kebocoran data.

Salah satu produk yang diunggulkan adalah SafeSync, aplikasi untuk menjaga keamanan proses sinkronisasi file dalam skala besar. Sinkronisasi dan transfer data dari perangkat mobile ke data center akan melalui proses pemindaian mendalam (sterilisasi) sehingga keamanannya lebih terjamin.

"Pola serangan cyber menjadi lebih variatif karena teknologi penyimpanan data yang juga semakin beragam", ujar Consulting Manager Trend Micro, Yudi Arijanto pada acara konferensi pers tentang Cyber Protection Strategy di Plaza Indonesia kemarin.

Hingga saat ini tercatat lebih dari 50 persen perusahaan berskala menengah ke atas di wilayah Asia Pasifik telah memanfaatkan layanan data center berbasis teknologi cloud. Angka ini diprediksi akan terus bertambah di akhir 2013 nanti. Dengan semakin banyaknya pengguna cloud, permasalahan yang akan dihadapi pun semakin kompleks.

SafeSync memiliki fitur Secure Cloud yang dapat mengenskripsi data di cloud, yang memungkinkan pengguna mengatur proses virtualisasi cloud untuk melihat data-data penting perusahaan yang terlindungi dari pencurian. Selain itu, fitur ini pun memungkinkan pengguna untuk memigrasikan data ke data center lain dengan aman dan cepat.

Pada kesempatan yang sama, Trend Micro juga mengumumkan peluncuran Smart Protection Strategy. Dengan solusi ini pengguna dapat menyusun strategi keamanan yang lebih canggih.

Strategi keamanannya sendiri terdiri dari tiga fokus, yakni pertahanan dari serangan cyber terhadap target spesifik, proteksi pertukaran data di era bring-your-own-device (BYOD), dan keamanan di sektor cloud computing atau pusat data.

"Jenis serangan cyber di Indonesia cukup beragam, dan rata-rata perusahaan tidak memiliki sistem pertahanan yang up to date. Diperlukan strategi khusus untuk menghadapi masalah ini," jelas Yudi.

Smart Protection Strategy ini lebih diperuntukkan bagi keperluan perlindungan database perusahaan atau organisasi, karena potensi serangan dan kejahatan cyber bagi pelaku bisnis cukup besar. (dhi/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.