Sukses

Cengkeraman Cybercrime di Sistem Operasi Android

Celah keamanan yang lemah, pergeseran pola penggunaan perangkat dan perilaku yang mengesampingkan keamanan menjadikan Android makin rawan.

Tidak diragukan lagi, Android kini sudah menjadi sistem operasi perangkat mobile yang paling banyak digunakan. International Data Corporation (IDC) melaporkan, hingga kuartal satu 2013 Android menguasai 75% market share sistem operasi smartphone dunia, naik 79,5% dari tahun 2012.

Perangkat mobile telah menggeser perilaku user, faktanya banyak user yang menggunakan perangkat Android tidak lagi sekedar untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk mendukung aktivitas pekerjaan dan gaya hidup.

Pemanfaatan perangkat Android menjadi alat bantu dalam pekerjaan, membuat perangkat tersebut akhirnya tidak cuma terisi data nomor telepon, tetapi juga, kontak lain seperti WhatsApp, email, history percakapan pesan singkat, juga mailbox.



Ada pula yang menggunakan perangkat Android untuk menyimpan file pekerjaan termasuk dokumen, materi presentasi, dan gambar. Singkat kata, kini perangkat mobile menjadi storage data bergerak bahkan media untuk transaksi keuangan sehingga menjadi target yang seksi untuk diserang penjahat dunia maya.

Di Indonesia, Android juga mengalami peningkatan signifikan karena harga perangkat Android semakin terjangkau. Meskipun demikian, banyak pengamat menilai sistem keamanan pada Android memiliki banyak celah sehingga sangat mudah terekspos oleh ancaman malware. Belum lagi menyebut seringnya pengguna kehilangan handphone.

Pengguna kurang menyadari pentingnya keamanan

Hal lain yang memperburuk keadaan adalah perilaku keamanan dari user sendiri. Laporan dari survey yang dilakukan Juniper Network mencatat, hanya 15% pengguna yang yakin dengan keamanan pada perangkatnya. Keyakinan tersebut bisa didorong karena aplikasi keamanan yang sudah terinstall pada handset.

Karena itu dapat disimpulkan baru sebagian kecil saja user yang menyadari pentingnya keamanan data pada perangkat mobile Androidnya. Dari sisi social engineering, pergeseran tersebut menjadi celah untuk dimanfaatkan pelaku kejahatan internet, terutama yang berhubungan dengan situs berbasis membership seperti jejaring sosial, game online, dan penyedia layanan pembayaran online.

Data berikut ini menunjukkan mayoritas pengguna ponsel masih belum sadar akan bahaya kejahatan pencurian data penting yang tersimpan di perangkat Android dan sejauh mana user mengamankan perangkatnya.


Anatomi Keamanan Android

Tidak mudah untuk mengukur prevalensi infeksi malware pada pengguna Android Indonesia karena minimnya laporan detail tentang infeksi malware. Umumnya perilaku yang berhubungan dengan keamanan baru berubah setelah user mengalami kejadian seperti perangkatnya terkena terinfeksi malware, data terhapus, atau yang lainnya.

Pada sisi lain, ada pihak tertentu yang tertarik dengan ramainya pengguna sistem operasi Android. Kombinasi celah keamanan yang relatif lemah, pergeseran pola penggunaan perangkat dan perilaku yang cenderung mengesampingkan aspek keamanan menjadikan Android semakin rawan.

Faktanya, menurut laporan yang dilansir Juniper Network, sampai dengan Maret 2013, prevalensi serangan ke Android mencapai angka 92%.

Menyinggung tentang volume serangan, ESET Antivirus mengungkapkan peningkatan volume serangan ke sistem operasi Android hingga kuartal dua 2013 terjadi secara konstan dan berbanding terbalik dengan serangan yang ditujukan ke sistem operasi Windows.

Sasaran, target dan modus pelaku dalam melancarkan aksi juga tidak sesederhana sebelumnya. Dengan alur yang lebih kompleks, pelaku umumnya mencari 'keramaian' dan potensi keuntungan finansial, meski tidak secara langsung.





Pengamanan Android

Di semua sistem keamanan dan prosedur pelaksanaan sebuah sistem yang ada, masih terdapat faktor lain yang memegang peranan sangat penting yaitu user itu sendiri. Pada banyak kasus, faktor manusia menjadi rantai paling lemah dalam sebuah sistem sekaligus pegang peranan.

Celah kelemahan itulah yang banyak dimanfaatkan untuk memperoleh apa yang diinginkan oleh pelaku cybercrime. Melengkapi perangkat Android kita dengan perangkat solusi keamanan belumlah cukup, user juga harus menggunakan akal sehat, disinilah perilaku user dalam berinternet termasuk berjejaring sosial, dan game online dengan menggunakan perangkat Android menjadi sangat penting.

Selain itu user harus menyadari pentingnya mengamankan data yang tersimpan di perangkat Androidnya. Agar perangkat terhindari dari serangan kejahatan internet yang menggunakan metode social engineering, jangan lupa menggunakan software keamanan. ESET Social Media Scanner misalnya, aplikasi keamanan ini bisa didapatkan secara gratis. Tools ini dapat men-scanning profil akun dan mendeteksi link yang mengandung malware dan potensial melakukan serangan phishing.

Baca juga:
6 Tips Mengamankan Perangkat Android dari Virus


*) Penulis, Ignatius Giri, adalah Marketing Communication and Media Specialist PT Prosperita - ESET Indonesia.

Bagi Anda yang ingin bertanya hal-hal yang berhubungan dengan keamanan data dan virus, silakan kirim pertanyaan Anda melalui email: tekno.liputan6 (at) gmail (dot) com. Pertanyaan Anda akan dijawab oleh pakar yang kompeten di bidangnya.

(dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini