Sukses

Sosok di Balik Kontroversi Layanan Transportasi Berbasis Aplikasi

Berikut ini adalah informasi mengenai sosok-sosok di balik layanan transportasi berbasis aplikasi online.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Selasa (22/3/2016) kemarin, masyarakat Ibu Kota diramaikan lewat aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh sebagian besar pengendara transportasi darat. Aksi tersebut menuntut penutupan layanan penyewaan transportasi darat, seperti Uber dan Grab Car.

Pengunjuk rasa merasa layanan-layanan tersebut telah menyalahi aturan angkutan jalan raya yang tertuang dalam UU Nomor 2 Tahun 2009. Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah penggunaaan kendaraan plat hitam, tarif, pembayaran pajak, serta ijin operasi.

Namun, terlepas dari kontroversi yang menyelimutinya terkait kepatuhan pada peraturan, tak dapat dipungkiri keberadaan layanan tersebut telah mengubah cara masyarakat memperoleh layanan transportasi umum. Melalui aplikasi, saat ini masyarakat dengan mudah mendapatkan layanan transportasi yang diinginkan.

Untuk itu, Tim Tekno Liputan6.com akan memberikan gambaran mengenai masing-masing layanan transportasi berbasis aplikasi online yang ada di Indonesia. Berikut ini adalah daftar layanan tersebut yang dihimpun dari beberapa sumber.

1. Uber

Kontroversi yang menyelimuti Uber mungkin tak lepas dari salah satu pendirinya, Travis Kalanick, yang memang dikenal sebagai pribadi nyeleneh. Ia sering disebut sebagai seorang visioner dan jenius, tapi sekaligus pengganggu dan brengsek.

Travis Kalanick CEO Uber (Doc: Getty Images)
Sebutan itu bukannya tanpa alasan, sebab layanan Uber yang didirikannya bersama Garrett Camp berhasil mengubah cara manusia untuk mendapatkan transportasi. Keduanya berhasil membuat ide untuk memperoleh kendaraan umum hanya dengan sekali klik.

Mengutip informasi dari laman Time, Rabu (23/3/2016), ide Kalanick ternyata cukup sederhana. Pria yang masuk dalam jajaran "Man of The Year" versi majalah Time tahun lalu ini menginginkan transportasi yang bergerak seperti air mengalir, yakni ada di mana-mana dan tersedia untuk semua orang.

Untuk itu, ia dan Garrett Camp, Oscar Salazar, serta Conrad Whelad berinisiatif membangun versi pertama Uber yang disebut sebagai UberCab. Baru ;ah pada2010, Uber resmi meluncurkan layanan perdana di San Fransisco, Amerika Serikat.

Pria yang tak menyelesaikan pendidikan tekniknya di UCLA ini menuturkan pengemudi dapat mengatur jam kerja dan menjadi bos atas dirinya sendiri di Uber. Hal itu yang dipercaya Kalanick dapat memberdayakan banyak orang.

"Ada kebebasan dan martabat yang didapatkan ketika seseorang dapat mengatur waktu (pekerjaan)-nya sendiri," ujar Kalanick dalam sebuah kesempatan. Namun, di sisi lain pengemudi Uber tidak sepenuhnya bebas menentukan sesuatu.

Salah satunya adalah pengemudi harus menuruti tarif yang sudah ditentukan oleh perusahaan, sementara dalam beberapa kesempatan biasanya tarif ditentukan berdasarkan jumlah permintaan. Bahkan, tak jarang tarif dibuat lebih rendah untuk menarik lebih banyak penumpang.

Oleh sebab itu, banyak pihak menilai pengemudi Uber hanya bergantung pada pendapatan dari layanan tersebut, tanpa penghargaan apabila berhasil memperoleh capaian luar biasa. Hal itu yang menurut Co-Founder Wired, John Battelle, menjadi kekhawatiran banyak orang.|

Kendati demikian, hal itu tak menyurutkan bisnis Uber. Dalam laporan terbaru tahun lalu, Uber menjadi startup paling bernilai di dunia. Perusahaan tersebut berhasil mendapatkan kucuran investasi sebesar US$ 1 miliar, yang membuat nilai valuasinya mencapai US$ 51 miliar atau setara Rp 688 triliun.

Kini Uber telah menjangkau 398 kota di seluruh dunia dan terus memperbesar jangkauan layanannya. Beberapa layanan baru yang diperkenalkan dalam 2 tahun terakhir di antaranya adalah UberRUSH, UberPOOL, UberCARGO, serta UberEATS.

Bahkan, baru-baru ini Uber memperkenalkan layanan kendaraan roda dua yang disebut UberMOTO. Layanan yang pertama kali dirilis di Bangkok, Thailand, itu disebut menyasar negara-negara berkembang yang mengandalkan sepeda motor sebagai moda transportasi utama. Selain Bangkok, saat ini UberMOTO juga telah hadir di Bangalore, India.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Selanjutnya

2. Grab

Berawal dari upaya untuk memperbaiki sistem taksi di Malaysia, Anthony Tan, sukses mengembangkan Grab menjadi perusahaan besar di Asia Tenggara.

Tan yang merupakan lulusan Harvard Business School dikenal berasal dari keluarga yang dekat dengan moda transportasi itu. Kakek buyutnya adalah seorang supir taksi, sementara kakeknya memulai industri mobil Jepang di Malaysia.

Pendiri GrabTaxi Anthony Tan (sumber: forbes.com)
Dari situ lah, Tan kemudian memutuskan membuat GrabTaxi, sebuah aplikasi mobile yang memberikan informasi taksi terdekat berdasarkan teknologi pemetaan dan location-sharing.

Tan tidak sendirian dalam mengembangkan GrabTaxi, ia bekerja sama dengan rekannya, Tan Hooi Ling, yang telah dikenalnya sejak bangku kuliah.

Awalnya Ling bekerja pada perusahaan McKinsey dan SalesForce. Namun, pada 2012 Ling kemudian memutuskan keluar dari dua perusahaan Amerika Serikat tersebut dan ikut mengembangkan MyTeksi--nama awal GrabTaxi.

"Kami saling melengkapi, layaknya yin-yang. Tan fokus pada marketing dan hubungan dengan investor, sedangkan saya mengurus 'pipa saluran air', memastikan orang-orang memproses hal yang harus dilakukan," ujar Ling, seperti dikutip dari laman Forbes.

Keduanya kemudian membangun GrabTaxi menjadi salah satu perusahaan rintisan (startup) yang sukses. Mereka berhasil mendapat suntikan dana sebesar US$ 15 juta saat pendanaan tahap kedua.

Bahkan, GrabTaxi berhasil masuk dalam perusahaan unicorn yang berasal dari Asia. Istilah 'unicorn' sendiri merujuk pada perusahaan yang berhasil memiliki nilai valuasi sampai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun.

GrabTaxi sendiri saat ini sudah memiliki empat pilihan layanan lain selain pemesanan taksi, yakni GrabBike, GrabCar, GrabHitch, dan yang terbaru GrabExpress. Selain itu, Ling juga menuturkan saat ini GrabTaxi memilih untuk fokus pada pasar Asia Tenggara.

Di awal tahun ini, GrabTaxi memutuskan untuk mengubah nama mereknya menjadi Grab. Re-branding ini dilakukan untuk memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pengguna. Tak hanya itu, perubahan ini diharapkan tak lagi membingungkan pengguna, sebab semua layanan Grab sudah hadir dalam satu aplikasi.

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

3. Go-Jek

Go-Jek berawal dari ide Nadiem Nakarim yang ingin mengubah citra pengendara ojek di Tanah Air. Pria lulusan Brown Universirty dan Harvard Business School tersebut kemudian mendirikan PT Gojek Indonesia pada tahun 2011.

Ceo GO-JEK Indonesia Nadiem Makarim saat jumpa pres perekrutan pengendara Go-Jek  di Hall A Basket Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/15). Fenomena ojek online dengan aplikasi di hanphone kini banyak diminati. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

"Seringkali pengendara ojek dipandang negatif oleh masyarakat. Padahal ketika saya coba ternyata banyak juga pengendara ojek yang terpercaya," ujar Nadiem, saat ditemui tim Tekno Liputan6.com tahun lalu.

Berawal dari situ, ia kemudian berusaha untuk membantu para pengendara ojek untuk mendapatkan penumpang, sekaligus kepercayaan dari masyarakat.

Tak hanya itu, dengan membuat pengendara ojek yang lebih profesional, Go-Jek dapat membantu meningkatkan kesejahteraan pengendara tersebut. Apalagi, saat ini ojek menjadi moda transportasi umum yang cukup banyak digunakan di kota besar, salah satunya Jakarta.

Awalnya, Nadiem sering menggunakan jasa ojek untuk pengantaran barang dan dokumen. Keduanya kemudian turut dimasukkan sebagai layanan utama yang disediakan oleh Go-Jek.

Go-Jek sendiri saat ini sudah beroperasi di Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, dan yang terbaru adalah Yogyakarta dan Medan.

Selain pengiriman barang dan transportasi, saat ini Go-Jek juga telah memiliki delapan layanan lain di dalam aplikasinya. Layanan tersebut di antaranya adalah Go-Food, Go-Mart, Go-Busway, Go-Tix, Go-Box, Go-Clean, Go-Glam, serta Go-Massage.

Kendati demikian, perjalanan Go-Jek di Tanah Air tak selalu mulus. Beberapa waktu lalu, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sempat mengeluarkan pelarangan operasi layanan kendaraan roda dua berbasis aplikasi. Namun, putusan tersebut akhirnya dicabut dan layanan serupa dapat kembali dijalankan.

(Dam/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • PT Gojek Indonesia atau bisa juga disebut Gojek adalah sebuah layanan jasa berbasis aplikasi.
    PT Gojek Indonesia atau bisa juga disebut Gojek adalah sebuah layanan jasa berbasis aplikasi.

    GoJek

  • Uber Technologies Inc adalah sebuah perusahaan multinasional asal Amerika yang bergerak di bidang transportasi.
    Uber Technologies Inc adalah sebuah perusahaan multinasional asal Amerika yang bergerak di bidang transportasi.

    Uber

  • Grab adalah sebuah perusahaan layanan dan jasa berbasis aplikasi yang berlokasi di Singapura.
    Grab adalah sebuah perusahaan layanan dan jasa berbasis aplikasi yang berlokasi di Singapura.

    Grab