Sukses

Bos Bukalapak: Ekonomi Digital Indonesia Harus Berbenah Diri

Achmad Zaky mengungkapkan, potensi Indonesia untuk mendapuk gelar negara ekonomi digital terbesar masih terbuka lebar.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena ekonomi digital memang tengah berkembang pesat. Oleh karena itu, istilah ‘Perang Digital’ tak lagi asing didengar para pegiat internet dalam memasarkan produknya secara online.

Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang dengan penetrasi ekonomi internet yang cukup banyak, rupanya dinilai masih tertinggal dibanding negara-negara berkembang lainnya di dalam hal ini.

Bertempat di kantor Bukalapak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, perusahaan e-Commerce Tanah Air tersebut mengadakan diskusi terkait perkembangan ekonomi digital Indonesia.

Acara yang juga diprakarsai oleh Selasar.com ini mengambil tema “Digital War: How Digital Economy Facilitates Transcontinent Collaboration and Competition”.

Acara ini turut dihadiri oleh CEO Bukalapak Achmad Zaky, Komisaris Garuda Indonesia Donny Oskaria, CEO Cyrus Network Hasan Nasbi, dan juga CEO Selasar Ma Isa Lombu.

Achmad Zaky, di salah satu presentasinya, membagikan informasi bahwa Indonesia memang masih harus membenahi diri untuk bisa bersiap menghadapi gelombang ekonomi internet yang sangat dinamis. Menurutnya, di tengah kelesuan global, ekonomi internet justru tumbuh sangat cepat.

“Setiap tahun, ekonomi internet tumbuh 8 persen di negara maju dan 18 persen di negara-negara berkembang. Perlu diketahui, Amerika Serikat kini tak lagi menjadi pemain tunggal di ranah ini (ekonomi digital). Tiongkok dengan Alibaba-nya bahkan menunjukkan tajinya dengan valuasi yang siap menyaingi raksasa Google,” kata pria lulusan FISIP UI tersebut.

Zaky melanjutkan, untuk saat ini, Singapura-lah yang bersiap untuk menjadi pemain ‘center’ dari pusat ekonomi digital Asia Tenggara. Sementara kota-kota di Australia dilaporkan tengah membangun roadmap startup untuk menjadikan wilayah mereka sebagai sebuah ‘episentrum’ dari inovasi.

Bahkan, India juga meringankan aturan pajak dan mempersiapkan US$ 1,5 miliar demi mendorong startup lokalnya menjadi pemenang di era kompetisi digital.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peluang Bagi Indonesia

“Di sinilah Indonesia harus lebih banyak berbenah diri. Ekonomi internet masih sangat 'bayi' di negeri ini. Kita harus melompat lebih tinggi karena sebagian dari kita masih di bawah garis kemiskinan. Tapi meski begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa kita juga harus melakukan gerakan sosial secara digital agar semua tahu betapa pentingnya esensi dari ekonomi digital ini,” tandasnya.

“Dengan begitu, sekat-sekat antarnegara tidak akan ada lagi. Zona ekonomi akan saling terbuka dan menciptakan sebuah ‘ketergantungan’. Yang terjadi adalah sebuah hal yang kita sebut sebagai pure globalization.”

Zaky mengungkapkan, potensi Indonesia untuk mendapuk gelar negara ekonomi digital terbesar masih terbuka lebar. Jumlah pengguna internet di Indonesia diketahui terus meningkat dari 88,7 juta pengguna pada 2014 menjadi 112 juta pengguna pada tahun 2017.

Diskusi Bukalapak.com dan Selasar.com

Acara yang diadakan Bukalapak dan Selasar ini merupakan rangkaian dari diskusi bulanan yang bertajuk ‘Bincang Selasar’.

Selasar sendiri merupakan sebuah forum intelektual yang memiliki afiliasi sedikitnya 1.000 intelektual Indonesia dengan basis pengetahuan yang beragam.

Sementara Bukalapak sendiri merupakan salah satu platform e-Commerce terbesar di Indonesia. Pada bulan ini, Bukalapak baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-6 dan meresmikan kantor barunya yang berpusat di Kemang, Jakarta Selatan.

Bukalapak mempunyai misi untuk meningkatkan kualitas UKM di Indonesia, salah satunya karena strategi penjualan di UKM masih kurang terarah. 

(Jek/Isk)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini