Sukses

Amazon: Bisnis Perangkat Keras Akan Tergusur

CTO Amazon Werner Vogels memerkirakan hal tersebut setelah melihat bisnis cloud yang kian berkembang untuk perusahaan.

Liputan6.com, Jakarta - Amazon sebagai salah satu perusahaan penyedia layanan cloud untuk perusahaan memperkirakan perusahaan hardware untuk kebutuhan enterprise akan segera tergusur.

Hal itu diungkapkan oleh CTO Amazon yang bertanggung jawab pada layanan Amazon Web Service (AWS) Werner Vogels, dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.

Mengutip informasi dari laman Business Insider, Senin (14/3/2016), Vogel menuturkan bergesernya kebutuhan perusahaan besar atau pun kecil akan perangkat keras menjadi alasan perusahaan hardware akan sulit bersaing.

Menurutnya, saat ini banyak perusahaan memilih untuk menyewa layanan komputasi awan, ketimbang membeli komputer, jaringan, dan software baru.

Kondisi ini jelas menjadi kabar buruk untuk perusahaan seperti IBM, HP, Dell, EMC, dan Cisco yang memiliki lini bisnis utama di bidang perangkat keras, termasuk software.

Selain itu, perusahan komputasi awan saat ini juga memilih untuk mengembangkan perangkat keras sendiri daripada membeli dari vendor-vendor tersebut.

Tak hanya itu, perusahaan penyedia layanan cloud juga biasanya menawarkan layanan hardware yang lebih murah, cepat, dan efisien. Hal itu yang kemudian menjadi nilai tambah dari penyedia layanan cloud.

Keunggulan lain yang juga diberikan penyedia cloud adalah perusahaan dimungkinkan mendesain sebuah sistem sendiri berdasarkan layanan tersebut. Dan, hal itu yang juga sudah dilakukan oleh Amazon.

"Untuk dapat beroperasi dalam skala seperti ini, masuk akal untuk mulai mendesain infrastruktur server sendiri sekaligus jaringannya," ujar Vogels.

Menurutnya, ini akan menjadi keuntungan yang sangat baik untuk perusahaan. Melihat hal tersebut, Vogels pun memperkirakan perusahaan tradisional di bidang hardware akan segera kehilangan pasar.

Tak hanya itu, Vogels pun memprediksi penggunaan layanan cloud untuk keperluan bisnis perusahaan akan semakin meningkat di masa depan. Salah satu faktor pendukungnya adalah cara sebuah perusahaan rintisan (startup) dibentuk saat ini.

Vogel mengatakan, startup telah menawarkan sebuah dunia bisnis baru ketimbang 10 tahun lalu, utamanya soal investasi.

"Dulu, untuk berkembang sebuah perusahaan membutuhkan modal sekitar US$ 5 juta. Sementara saat ini, berbekal uang US$ 50 ribu sampai US$ 100 ribu, seseorang sudah bisa memulai perusahaan baru yang sebagain besar berbasis cloud," tutur Vogels.

Kondisi tersebut juga berlaku untuk perusahaan established yang sudah merambah layanan cloud.

Di lain sisi, Vogels tak menampik bahwa perubahan ini juga menghadirkan kompetitor lain di bidang serupa, yakni layanan komputasi awan. Kendati demikian, ia merasa bahwa perusahaan lain masih belum ada yang mampu menyaingi Amazon.

"Jika melihat penyedia layanan cloud lain di pasar, masih ada yang berada di tahap AWS ketika lima atau enam tahun lalu," imbuh Vogels.

Oleh sebab itu, ia menyadari bahwa pasar cloud tidak akan dimiliki pemain tunggal. Namun, ia optimistis Amazon masih akan bertahan sampai beberapa tahun mendatang.

(Dam/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini