Sukses

Buat Sepatu Hingga Pakaian Dalam Dengan Printer 3D

Printer 3D sangat mempengaruhi perkembangan dunia fesyen. Bahkan beberapa desainer top dunia pun menciptakan karyanya melalui teknologi ini.

Pemanfaatan teknologi printer 3D ternyata sangat luas dan fleksibel karena sangat menghemat waktu, tenaga, dan biaya dalam proses pembuatan suatu produk. Maka tak heran jika printer 3D sangat mempengaruhi perkembangan dunia fesyen. Beberapa ide kreatif yang muncul dari para desainer top dunia pun dapat direalisasikan dengan mudah melalui perangkat inovatif ini.

Michael Schmidt dan Francis Bitonti adalah dua di antara ratusan desainer kenamaan yang memaksimalkan fungsi printer 3D untuk menciptakan karya-karyanya. Mengutip laman Mashable, Jumat (3/1/2014), mereka berhasil memproduksi gaun pertama di dunia yang sepenuhnya diproduksi dengan menggunakan kecanggihan printer 3D.    



Dalam debutnya, busana revolusioner itu diperagakan langsung oleh top model Dita Von Teese dalam sebuah acara fashion show privat di Hotel Ace, New York, Amerika Serikat. Dibuat menggunakan printer EOS P350 dengan 17 material yang berbeda dan dihiasi lebih dari 13 ribu kristal hitam Swarovski.


Lingerie dan Pakaian Dalam 3D
Bukan itu saja, menggandeng arsitek asal New York Bradley Rothenberg, perusahaan busana dalam wanita Victoria’s Secret juga memanfaatkan kecanggihan printer 3D untuk membuat lingerie. Dilaporkan Gizmag, lingerie yang dipamerkan di atas catwalk Victoria’s Secret Fashion Show 2013 di New York ini terlihat begitu hi-tech dan seksi dengan pola salju nan berkilau.

Proses pencetakannya sendiri melibatkan pembuatan algoritma guna memproduksi struktur kepingan salju 3D yang saling berkaitan. Agar dapat melekat dengan sempurna di tubuh model, Rothenberg memaksimalkan batas proses Selective Laser Sintering (SSL).



Sementara itu perusahaan tekstil asal Inggris, Tamicare juga merancang celana dalam 'sekali pakai' khusus wanita dengan printer 3D. Mereka mengklaim, untuk membuat pakaian dalam ini hanya membutuhkan waktu sekitar tiga detik saja. Adapun material cetakan yang digunakan adalah cosyflex.

Menurut laporan Ubergizmo, cosyflex biasa digunakan untuk mencetak kain hibrida dengan mencampur polimer yang berbeda, seperti lateks, silikon, poliuretan, dan teflon bersama dengan serat tekstil.    
    

Kacamata dan Sepatu 3D
Tak hanya pakaian, printer 3D juga bisa digunakan untuk mencetak aksesoris, seperti kacamata dan sepatu. Pakar informatika asal Jerman, Stefan Welker merancang sebuah frame kacamata virtual reality menggunakan printer Makerbot Replicator 2.

Dilansir Phone News Today, waktu yang dibutuhkan untuk mencetak satu frame kacamata mencapai delapan jam dan setelah itu proses perakitannya bisa berjalan dengan cepat. Saat diuji coba, hasilnya tidak kalah nyaman dengan kacamata virtual reality 'Occulus Rift' yang sudah dikenal di kalangan penggemar game PC.



Kemudian ada pula desainer asal Belanda, Iris van Herpen yang bekerjasama dengan arsitek Rem Koolhaas D untuk membuat sebuah sepatu abstrak. Dalam proses pembuatannya, Herpen menggunakan material unik dan melakukan tahap pengerjaan dengan menggunakan printer 3D dan laser cutting.

Dilaporkan Daily Mail, sepatu unik itu ia luncurkan di peragaan busana yang menampilkan koleksi terbarunya di musim gugur 2013 yaitu Haute Couture. Dalam peragaan busana itu ia sukses memadukan gaya organisme dan exoskeletons yang digabungkan dengan budaya Jepang. (isk)


Bersambung...


Baca juga:
Teknologi Printer 3D Sudah Ada Sejak Tahun 80-an
Menguak Manfaat Printer 3D di Dunia Medis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.