Sukses

Peneliti Kembangkan Kecerdasan Buatan untuk Respon Manusia

Cerita fiksi dipilih sebab biasanya reaksi yang diceritakan lewat tulisan lebih rinci, termasuk urutan kegiatan sebelumnya

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok peneliti dari Stanford University tengah mengembangkan teknologi kecerdasan buatan yang mampu merespons tindakan manusia.

Mereka akan menggunakan novel untuk membuat kecerdasan buatan bernama Augur ini agar dapat memperkirakan respon manusia terhadap suatu tindakan yang dilakukan sebelumnya.

Augur akan diberi akses pada komunitas menulis online, Wattpad, termasuk seluruh arsip pada lebih dari 600 ribu cerita. Nantinya, informasi yang tersedia di cerita tersebut dapat mendukung mesin vektor (algoritma pembelajaran) untuk dapat memprediksi reaksi orang lain dalam beberapa kondisi.

"Pola reaksi pada manusia umumnya lebih banyak digambarkan dengan lebih baik lewat kata-kata, ketimbang reaksi yang ditunjukkan," ujar para peneliti, seperti dikutip dari laman Engadget, Senin (29/2/2016).

Para peneliti menyontohkan dalam sebuah adegan cerita biasanya reaksi yang ditampilkan akan dijelaskan secara lebih rinci.

Oleh sebab itu, para peneliti menggunakan cerita fiksi agar Augur dapat lebih mudah memahami reaksi yang mungkin ditunjukkan manusia ketika berhadapan pada sebuah peristiwa, termasuk urutan kegiatan yang dilakukan sebelumnya. 

Dalam pengujian awal, Augur dilengkapi dengan kamera untuk memperkuat kemampuan pengenalnya. Hasilnya, sistem kecerdasan buatan ini berhasil mendeteksi objek di sekitar, termasuk manusia, dengan akurasi 91 persen. Selain itu, Augur juga berhasil memprediksi reaksi orang-orang sampai akurasi 71 persen.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama pengembang melakukan uji coba pada kecerdasan buatan untuk bersikap atau menghadapi manusia. Sebelumnya, beberapa peneliti dari Georgia Institute of Technology School of Interactive Computing juga tengah melakukan hal serupa.

Lewat teknologi yang diberi nama Quixote, sistem kecerdasan buatan akan diajari bersikap di kehidupan sosial lewat buku cerita anak-anak. Cerita anak-anak dipilih sebab para peneliti percaya ketika robot memahami cerita tersebut dapat menghindari gejala tindakan psikotik.

(Dam/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini